
Belasan tahun lalu suatu malam hari, saya ingat dengan jelas para tetangga berebutan keluar rumah. Riuh menunjuk langit arah selatan yang berpijar. Merahnya membumbung tinggi meski jarak terpaut delapan kilometer lebih dari pusat semburan. Artinya, bukan sekadar letupan biasa, melainkan ledakan pipa gas Lapindo kesekian yang bocor akibat salah bor.
Keesokan harinya, media masa ramai memberitakan kejadian tersebut. Tak hanya video amatir langit gelap berpendar merah yang ditayangkan, namun juga sosok-sosok tak bertuan nyawa yang membatu mengerikan. Tangan ke atas dengan ruas jari yang menekuk, menggambarkan betapa sakit yang menyergap tepat sebelum kematian. Saya mencoba menemukan gambar di google, namun tidak ada. Agak berjiwa gore emang heu.
Tumbuh besar menjadi hooman semi-impulsif, suatu siang terik saya bersama seorang teman hooman mencetuskan untuk mengunjungi salah satu 'wisata menarik' di Sidoarjo. Agak miris sebenarnya, karena human made disaster yang terjadi dua belas tahun silam kini menjadi wisata komersil. Tidak buruk dan salah juga, mengais rupiah di area yang dulunya tempat kamu bertdeuh, tidur, bersenda gurau dengan keluargaㅡyang kemudian berubah menjadi lautan lumpur kering.

Daun yang atas milik pohon keres. Ketika kecil saya suka sekali ambil buahnya yang memerah kecil. Imajinasi kami waktu itu, imunisasi!
Waspada kanan kiri, berhenti di tengah, jepret, lari!
Tapi kami tidak lewat pintu utama yang terletak di pinggir jalan yaitu arteri Porong, melainkan lewat pintu belakang alias masuk-masuk kampung. Terik matahari memeluk kami erat sepanjang perjalanan. Menguarkan panas dan silau di atas aspal. Berpisah dengan si teman hooman yang sedang asyik minum es teh di sebuah warung, saya mengayunkan kaki ke sebrang jalan. Sosoan take video. Ambil footage yang banyak. Entah bentukannya estetik atau engga.
Alhamdulillah ada satu video yang sudut pandangnya macam ular melata hahaha.
Alhamdulillah ada satu video yang sudut pandangnya macam ular melata hahaha.

Melihat bumbungan asap di tengah kaldera tanggul, pikiran saya melayang kala itu bersama abi. Duduk di pinggir trotoar, makan mie ayam. Menunggu giliran panggilan sesuai nomor yang tertera di kertas, oleh resepsionis di kantor belakang punggung kami. Kata abi, untuk mengurus ganti rugi akibat semburan lumpur panas di Tanggulangin. Qadarullah, rumah kami termasuk dalam area terdampak. Alhamdulillah, dapat ganti rugi dua kali lipat. Mungkin kalau sekarang ketika sudah gede, minta bagian wkwkwkw. Dulu mah, asal dibeliin es teh aja udah seneng.
Sayangnya, dengar-dengar, masih ada sebagian warga yang belum mendapatkan haknya.
Ngomong-ngomong soal hak, saya dulu belajar definisi hak dan kewajiban ketika SD.



"Janganlah nilai orang dari satu sisi aja!" Ujaran ini mungkin representasi dari rule of thirds, lol, interpretasi seenak navel ue. Tangkap satu gambar depan mata dengan berbagai sudut kemiringan siku. Berusaha mengaplikasikan salah satu teknik dasar fotografi masalah komposisi, rule of thirds. Padahal, nyata adanya, I'm a free spirit photographer. I don't usually following the technique.
응, sebentar deh. Mungkin kompilasi foto di atas lebih pada menunjukkan variasi presentase daratan dan langit dalam sebuah bingkai. Karena horizon tidak mesti berada di tengah foto melainkan 30% ataupun 70%. Yeah!

Beberapa kali saya mendapati mereka mengatakan, "mestilah kamu ini ambil foto yang aneh-aneh," terutama teman yang pernah melakukan perjalanan dengan saya. Sebenarnya saya sedang mencari celah unik di area kaki berpijak. Entah itu retakan tanah, perdunya daun, sarang laba-laba, lubang jendela, apapun. Terinspirasi dari narasi fiksi para penjelajah hutan. Hmmm maksudnya, beberapa saluran youtube yang membuat saya melebarkan mata karena menemukan detail mikroorganisme di permukaan bumi.
Termasuk salah satunya dalam bingkai ini, gurat-gurat serat kayu yang terbelek ntah karena patah alami atau ditebas beringas. Masih senorak itu dengan keindahan bokehism yang tertangkap kamera hape. It's satisfying. Bagaimana sih cara kerja sensor kamera menangkap objek terdekat kemudian bisa nampak jelas fokus, mengabaikan latar belakang yang terkabur.
Makanya banyak baca, heu.

Satu waktu, saya mengunggah foto di atas pada snapgram akun instagram. Tak lama, ada seseorang yang berkomentar;
"Itu tangan kamu?"
"Ya, kenapa?"
"Astaghfirullahal'adziim, maaf saya kira tangan laki-laki."
Dan cuma bisa ketawa dalam hati sambil pasang muka datar. Body shaming nih body shaming! Satu sisi, tangan gue kekar kelaki-lakian ga lentik kaya cewek. Sisi lain, sebegitunya orang lain perhatian sama bentukan tangan gue. Sisi kedua, ey orang mah bebas berkomentar, udah risiko melakukan kegiatan unggah di media sosial.
Hmm~ gini-gini melalui tangan inilah segala macam bentuk tepung, bumbu, susu, jeli, buah-buahan, sayuran, diolah menjadi beragam jajanan yang memanjakan lidah adik-adik saya, LOL.

I let my sprinkle of imagination spreads out; I'll be a rogue in that kind of supernatural species. Instead of living comfortably in a strong and solid clan. Build my romance story with earth, the forest and sea to be exact. I'm so happy having my alpha warren on my mind. It helps my consciousness fly to the right coordinate. Being a rogue doesn't mean act like rebel, in a way, being a vapaa henki.
Buat saya, perempuan tertutup itu menyeramkan sebenarnya. Karena ia menutupi hal yang oleh sebagian perempuan, diperlihatkan setiap waktu dengan bebasnya. Mengundang penasaran dan asumsi. Kenapa sih ditutup sedemikian rapat? Merasa cantik begitu? Sebegitu berharganya dia? Berlagak apa yang ditutupi seindah kilauan peranakan zamrud dan safir?
Kalau jawaban saya, iya. Memang berharga kok. Untuk saya sendiri dan beberapa orang saja. Live my own life and live yours.
𝐇𝐚𝐢, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐦 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫, 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 :) 𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 @𝐙𝐇𝐀𝐑𝐍𝐃
𝐇𝐚𝐢, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐦 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫, 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 :) 𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 @𝐙𝐇𝐀𝐑𝐍𝐃