Untuk pertama kalinya setelah lima bulan, adik kedua saya mendapat kesempatan untuk menghirup udara bebas di luar jeruji pagar pondok. Faza namanya, kurus kecil badannya, sesiapa yang melihat sering jatuh kasihan, "kecil banget gini mondok...." Umik cuma senyum, begitupun Faza. Tapi bisa kulihat binar mata Faza yang seakan 'iya aku tuh kecil, tolong bawa aku pergi dari pondok.....mau sekolah di rumah aja.'
Oh tidak, kuremas bahunya. Seakan, 'adikku kuat! Tidak ada yang lemah. Berjuanglah di pondok sampai tahun terakhir nanti, dan luluslah sebagai wanita terhormat dan sehat.'
Anggrek Bulan
Maka dari itu, dihari ketiga kepulangannya, kami sekeluarga memutuskan liburan ke sebuah tempat yang sudah jadi langganan sejak lima tahun lalu. Ceritanya, dulu kala kami tersesat agak jauh ke pelosok saat berkunjung ke Malang. Alhamdulillah nya, semua berakhir dengan bahagia. Kami menemukan pasar wisata Pujon yang berdampingan dengan sebuah kolam renang sederhana tanpa kaporit karena airnya langsung mengalir dari sumber yang juga dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Hidupku memang gak jauh-jauh dari tersesat, seperti saat di perbatasan Thailand-Malaysia.
Hidupku memang gak jauh-jauh dari tersesat, seperti saat di perbatasan Thailand-Malaysia.
Nilai plus banget buat saya yang agak alergi (ciya alergi) dengan kaporit. Malah pernah saya tuh renang pakai soft lens dan ga merah matanya. Ini bahaya, jangan ditiru.
Di bagian tengah bunga kayak ada wajah kucing ih.
Biaya masuk cuma lima ribu rupiah! Pernah naik jadi tujuh ribu, tapi balik lagi ke lima ribu rupiah. Nama kolam renangnya, Dewi Sri. Dan karena keingintahuan yang tiba-tiba melesak, saya langsung googling arti Dewi Sri. Dewi artinya bidadari cantik, sementara Sri berarti pantas, cantik, asri. Indah ya? Sayangnya nama Dewi dan Sri mulai jarang saya temukan disandang manusia-manusia muda. Mungkin dianggap sudah lawas.
Berada di Pujon yang merupakan dataran tinggi, tentu suhu air kolam renang ini sangat dingin. Sangat dingin sehingga saat menulis tulisan ini badan saya tiba-tiba menggigil sendiri, membayangkan saat-saat sulit antara mau nyebur atau tidak.
Macam kantung semar, padahal si anggrek memang belum merekah.

Mirip Lion Fish yah.

Anggrek jenis ini mengingatkan saya pada Eren ketika berubah menjadi kyojin, uratnya keluar semua.
Saking seringnya berenang ke Dewi Sri, petugas karcisnya hafal dengan kami.
Sambil dorong-dorongan dengan adik-adik ke kolam, umik dan abi duduk nyaman di atas tikar sintetis dengan beberapa makanan berat di sekeliling. Sudah kebiasaan bagi kami kalau bepergian, selalu bawa makanan dari rumah. Bahkan kalau tempatnya lumayan jauh dan menginap, kami akan bawa kompor+tabung gas elpiji 3kg, juga magic com :D Tapi karena kali ini perjalanan satu hari, kami cuma bawa galon 6 liter, termos nasi, ayam kecap, mie goreng, dan buah-buahan.
Datang menjelang salat asar, kami ditemani beberapa pengunjung yang asyik bermain air maupun sekedar duduk santai di pinggir kolam. Hingga langit menggelap, satu persatu pengunjung mulai meninggalkan area kolam renang. Emang betah banget kami tuh di Dewi Sri. Seringkali sampai benar-benar tidak ada pengunjung dan hanya kami. Macam private pool.

Mirip Lion Fish yah.
Sebelum langit benar-benar pekat menggelap, kami bersiap pulang. Bagi yang belum pernah ke pasar wisata Pujon (karena dari jauh misalnya), pasti menganggap harga barang-barang di sini murah. Tapi menurut analisa umik, sebenarnya tidak terlalu beda dengan di pasar biasa. Bahkan, cenderung lebih mahal. Seperti bawang-bawangan, lebih murah di daerah Pujon Kidul. Ituloh yang ada Kafe Sawahnya.
Menuju ke arah Batu, kami menyempatkan membeli susu sapi segar literan di koperasi susu Sae Pujon. Saya sih gak suka susu sapi, tapi tetap minta jatah untuk dibikin jadi 'carbonara carbonara' an.

Anggrek jenis ini mengingatkan saya pada Eren ketika berubah menjadi kyojin, uratnya keluar semua.

Terlihat biasa, tapi dipengelihatan saya tumbuh dengan abstrak. Ada kelopak yang keriting, ada yang memuncak seperti tanduk, dan menggelombang.

Salah satu kutipan tentang anggrek yang saya temukan,
"Most people don't know that vanilla is the fruit of an orchid vine. We keep one in a glasshouse on the estate- it's so long that it grows sideways on the wall. When one of the flowers is full grown, it opens in the morning, and if it isn't pollinated, it closes in the evening, never to open again. The white blossoms, and the vanilla pods within them, have the sweetest scent in the world...” ― Lisa Kleypas, Cold-Hearted Rake.
Tak bisa dipungkiri, alun-alun Batu memiliki daya tarik yang memikat pengunjung untuk singgah. Bagaimana tidak, dalam satu kompleks ada masjid besar gagah mewah, area bermain anak, taman cantik, bianglala tinggi menjulang, dan jajaran makanan ringan maupun berat yang hangat. Jadi tidak usah khawatir kalau masuk waktu salat, kita bisa langsung menuju masjid.
Tapi buat kami, ada tempat yang lebih nyaman untuk istirahat sejenak dan salat di Kota Batu. Yeap! Balaikota nya, hehe. Balaikota Batu lebih underrated daripada alun-alun Batu. Masjidnya nyaman, sanitasinya pun lebih baik. Di sini juga terdapat taman luas yang tertata indah. Dulu ada air mancur yang menari, tapi sepertinya sudah rusak :(
Yang membuat balaikota Batu terlihat indah, saat malam hari ada tali berlampu warna-warni (?) yang dipasang disetiap rusuk bangunan. Menawan sekali!

Gak pakai pot 'biasa' dengan tanah, tapi media lain yang lebih menarik.

Mengingatkan pada corak buah pisang kuning yang mulai membusuk. Tapi di kanvas anggrek ini, terlihat memikat.
Setelah melaksanakan salat, kami biasanya berjalan-jalan sebentar di taman balaikota. Menikmati kehangatan bercengkrama bersama keluarga dibalur udara Batu yang dingin. Namun kali ini mata umik lebih jeli, dari kejauhan beliau melihat aktivitas beberapa orang yang sedang mengangkut bunga-bunga ke dalam bangunan paling ujung. Tanpa berlama, akhirnya kami semua berjalan kesana untuk melihat.
Wah ternyata sedang ada persiapan untuk festival anggrek.......mungkin? Saya kurang mengerti karena keburu gembira dan berjalan kesana-kemari mengambil gambar, tidak bertanya pada beberapa orang (yang sepertinya) peserta festival.
Selain festival, anggrek-anggrek di sini juga dilombakan. Terlihat beberapa anggrek yang cantik-cantik dipajang di teras bangunan dengan label rangking.

I wish I could have them all on my window frame.
Yeah! Today story is about orchid. Engga juga sih, tentang bertamasya bersama adikku Faza sayang yang sekarang sudah kembali ke pondok. You're tiny but big inside. As big as a great iceberg. I orchid Faza so much!
Omong-omong, tahu tidak kalau Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai salah satu bunga nasional? Julukannya Puspa Pesona. Penetapan ini atas usul Ibu Tien Soeharto dan Boediardjo pada kongres VI PAI (Perhimpunan Anggrek Indonesia) Tahun 1983 di Gedung Granadi.
Foto Anggrek Bulan ada di bagian paling atas.
𝐇𝐚𝐢, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐦 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫, 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 :) 𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 @𝐙𝐇𝐀𝐑𝐍𝐃
𝐇𝐚𝐢, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐦 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫, 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 :) 𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 @𝐙𝐇𝐀𝐑𝐍𝐃
Itu... warna-warna bunganya bener-bener yang bikin kayak nyegerin mata gitu nggak sih. Baguuuuus banget aslik, Mba ._.
ReplyDeleteAlhamdulillah dikasih kenikmatan Allah tidak buta warna, sehingga bisa menikmati setiap warna bunga-bunga tersebut heheh.
DeleteTerimakasih banyak :D
semua bunganya cantik apalagi yang kuning, tapi lebih cantik lagi semua foto-fotonya berasa difotoin profesional
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteNah saya jadi tersanjung, terimakasih alhamdulillah hehehe.
DeleteTrivia: dijepret hanya dengan kamera ponsel!
Ya ampun, cantik-cantik banget yahhh
ReplyDeleteAnggrek mah bunga mehong. Mana sulit lagi perawatannya. Dulu punya, tapi banyak yang mati. Karena eh karena, cuacanya terlalu panas -___-'
Mahal karena indahnya berbanding lurus dengan cara perawatannya yang tricky. Pernah dengar orang jelasin cara rawatnya, mudah sepertinya.
DeleteTapi nyatanya di rumah juga masih sering terjadi kematian anggrek.
Bunganya cantik ya. Kayak [mau gombal tapi nggak jadi deh]
ReplyDeleteMemang bagus!
DeleteTapi kemampuan low light hape kurang mumpuni. Alhamdulillah ada lightroom!
Enw gombal in Java means shabby cloth.
Bunga-bunganya cantik dan tulisannya indah. Perpaduan yang pas! Sukak deh! :3
ReplyDeleteKa Nana!
DeleteThanks so much not to forget that I wuff you so much too xD
Bunga anggreknya cantik cantik Nid.. btw itu semua yang ada di tempat wisatanya anggreknya kamu jepret ngga ?? Hehehe..
ReplyDeleteEngga, ini macem festival gitu bang.
DeleteJadi cuma temporari adanya. Malah baru tahu ada acara kaya gini di sini hehe
Wkwkwkwkwkw waduh beneran kak?
ReplyDeleteEmak kita kalo gitu samaaaa /tosss
Udah mau pulang padahal, hmmm nyantol dulu di sini dua jam an sampe adek-adek lelah letih semua xD
Haii long time no seee
ReplyDelete(Lama ga mampir)
Tiap main kesini jadi makin kangen ama Malang
Dan.. yak. Kangen minum susu segar dari sana juga karena di Jakarta gaada.
Btw itu anggreknya kenapa bisa cantik cantik gitu ya
Haloooo kakaaaa wkwkwkw.
DeleteSering ketemu ko di instagram hehe.
Tapi aku udah ga di Malang, tapi aku masih bau Malang yah xD
Tapi aku juga ga doyan susu segar ._.
Karena Allah yang bikin <3
Percaya atau g, selama hidupku belum pernah ke Dewi Sri, padahal notabene setiap kali ke Malang selalu lewat Dewi Sri, dari jaman bayi sampai sekarang umur 26, tapi g pernah sekalipun melipir ke Dewi Sri, hahaha..
ReplyDeleteSepanjang perjalanan ke Malang paling demen sih berhenti di susu sae pujon, sambil nyeruput susu segarnya itu. Tapi seringnya mah bablas, tanpa basi-basi.
You have to try swim there kak!
DeleteI guarantee there's no even a pinch of chlorine! Airnya semurni itu langsung dari sumber mata air.
Waah, pokoknya dua; Dewi Sri dan Sae Pujon, hampir ga pernah terlewat!