Destinasi dataran tinggi yang terkenal di Jawa Timur? Pasti banyak yang menjawab, Bromo! Tidak heran, karena sejak area gunung Bromo-Tengger-Semeru diresmikan sebagai taman nasional pada tahun 1982, banyak sekali wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang kesini. Biasanya, wisatawan menikmati keindahan Bromo dengan langsung datang ke gunungnya. Tapi, apakah kalian tahu ada cara lain yang tidak kalah menawan untuk menyaksikan kemegahan Bromo? Jawabannya adalah, Puncak B29 Lumajang!
Puncak B29 merupakan singkatan dari Puncak Bukit 2.900 mdpl yang berlokasi di Kabupaten Lumajang.
Sebelumnya gue sudah pernah mengunjungi B29 pada tahun 2015 bersama teman-teman LDK UIN Malang. Saat itu rombongan berangkat dari Malang jam 9 malam menggunakan mobil. Namun kali ini, berdua dengan mbak Jule, kami berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Yuhu!
MALANG MENUJU LUMAJANG
Kami berangkat jam 6 sore dari Malang kota ditemani rintik-rintik hujan. Menyusuri jalanan Malang, kami mengambil rute utara yaitu Lawang-Purworedjo-Bandilan-Bayeman-Probolinggo-Patokan-Lumajang. Jalanan yang sepi membuat gue memacu sepeda motor di atas rata-rata. Namun yang menjadi masalah adalah kaca helm yang gelap, membuat gue harus membuka kaca--dilain sisi, kacamata gue memburam terkena embun dan tetes air.
Setelah berjibaku dengan hujan, dingin, dan kegelapan sepanjang jalan, jam 10 malam tepat kami sampai di rumah mbak Abidah yang merupakan teman mbak Jule. Kami disambut ramah dengan teh hangat dan bakso. Alhamdulillah. Setelah berbincang sebentar dengan mbak Abidah dan ayahnya, kami membayar lelah badan perjalanan Malang-Lumajang dengan segera tidur untuk menghimpun tenaga demi perjalanan esok hari.
LEGGO TO PUNCAK B29!
Jam 3 pagi kami kami bangun dan bersiap. Setelah mandi dan shalat tahajjud, gue dan mbak Jule berpamitan ke mbak Abidah dan ayahnya. Oleh ayah mbak Abidah, kami dinasehati untuk tidak lupa membaca shalawat selama perjalanan. Ah jadi terharu. Wajar sih, dalam perjalanan ini hanya kami berdua, perempuan, naik motor, sebelum subuh lagi!
Pekatnya dirgantara dan helai-helai dingin membelai kami berdua membelah jalanan Lumajang yang sepi. Hanya terlihat beberapa warung kopi dengan lampu menyala redup berkeri. Kalau mengikuti keinginan hati, gue memacu gas hingga maksimal. Tapi terngiang oleh sebuah nasehat yang selalu diucapkan oleh penyiar radio Suara Surabaya, 'hati-hati bila jalanan lengang, jangan gegabah'.
Kehabisan Bensin
Sebagai pengemudi, gue lalai memperhatikan indikator bensin sepeda motor. Gue baru sadar setelah kami berada di daerah dataran tinggi yang mulai jarang pemukiman penduduk. Apalagi ini masih pagi buta, subuh saja belum!
Ketar-ketir sambil membaca doa, akhirnya kami menemukan warung jualan bensin yang masih tutup. Awalnya tidak enak hati, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya gue mengetuk pintu rumah di belakang warung. Alhamdulillah si bapak keluar dan bersedia melayani menjual bensin. Pelajaran #1: selalu cek indikator bensin!
Jalan Berliku, Lengang Berbintang
Tak sampai satu jam dari rumah mbak Abidah kami mulai menyusuri jalanan khas menuju dataran tinggi yang berliku dan menanjak. Pemukiman penduduk yang rapat, mulai merenggang, dan akhirnya tidak ada sama sekali. Digantikan oleh semak belukar disepanjang kanan dan kiri jalanan aspal yang mulus.
Sambil menggigil kedinginan dan terus memacu sepeda motor, gue tidak berhenti dibuat kagum dengan kebesaran Allah. Betapa tidak, bulan purnama terang benderang membersamai perjalanan kami dengan posisi seakan tepat sejajar di sebelah kiri, dan hanya dipisahkan oleh tebing landai. Keadaan sekeliling yang gelap gulita juga membuat hamparan langit di atas kepala terlihat berkilau oleh gemintang. Masya Allah, alhamdulillahi rabbil 'alamin, teringat bagaimana kami tadi malam basah kehujanan, dan pagi ini sepertinya cuaca akan cerah!
SAMPAI DI DESA ARGOSARI
Kelamnya langit mulai memudar di ufuk timur saat kami sampai di desa Argosari. Melewati jalanan desa, tidak terlalu sulit menemukan jalan menuju B29 karena disetiap persimpangan ada palang penunjuk arah. Tibalah kami di sebuah persimpangan di mana palang menunjuk ke arah kanan, sedangkan seingat gue tahun lalu rombongan mobil LDK tetap lurus. Ke kanan jalanan aspal, dan lurus jalan tanah berbatu. Salahnya gue, memilih lurus, cari aman karena tahun lalu sudah pernah lewat situ.
Belok Kanan, Jangan Lurus!
Jalan lurus benar-benar tanah dan batu yang licin akibat hujan semalam. Berkali-kali ban motor depan maupun belakang selip. Kemudian ada 2 bapak-bapak yang menawari kami baik ojek hingga ke atas dengan tarif IDR 80K PP. Kami menolak, karena kami #lowbudgetfighter dan meski sudah turun harga hingga iDR 50K. Setelah berunding dengan mbak Jule, akhirnya kami memutuskan untuk memarkir motor dan jalan hingga ke puncak. Sebelum itu kami mampir di sebuah musala kecil untuk salat subuh.
Dan baru gue tahu, ada akses untuk sepeda motor sampai ke puncak B29 bila belok kanan di persimpangan itu! Pelajaran#2: selalu ikuti jalanan beraspal!

Mbak Jule sedang menikmati pemandangan lembah hijau (foto atas) setelah mengambil foto gue yang sedang naik-naik ke bukit kecil (foto bawah).
Puncak B29 merupakan singkatan dari Puncak Bukit 2.900 mdpl yang berlokasi di Kabupaten Lumajang.
Sebelumnya gue sudah pernah mengunjungi B29 pada tahun 2015 bersama teman-teman LDK UIN Malang. Saat itu rombongan berangkat dari Malang jam 9 malam menggunakan mobil. Namun kali ini, berdua dengan mbak Jule, kami berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Yuhu!
MALANG MENUJU LUMAJANG
Kami berangkat jam 6 sore dari Malang kota ditemani rintik-rintik hujan. Menyusuri jalanan Malang, kami mengambil rute utara yaitu Lawang-Purworedjo-Bandilan-Bayeman-Probolinggo-Patokan-Lumajang. Jalanan yang sepi membuat gue memacu sepeda motor di atas rata-rata. Namun yang menjadi masalah adalah kaca helm yang gelap, membuat gue harus membuka kaca--dilain sisi, kacamata gue memburam terkena embun dan tetes air.
Setelah berjibaku dengan hujan, dingin, dan kegelapan sepanjang jalan, jam 10 malam tepat kami sampai di rumah mbak Abidah yang merupakan teman mbak Jule. Kami disambut ramah dengan teh hangat dan bakso. Alhamdulillah. Setelah berbincang sebentar dengan mbak Abidah dan ayahnya, kami membayar lelah badan perjalanan Malang-Lumajang dengan segera tidur untuk menghimpun tenaga demi perjalanan esok hari.
LEGGO TO PUNCAK B29!
Jam 3 pagi kami kami bangun dan bersiap. Setelah mandi dan shalat tahajjud, gue dan mbak Jule berpamitan ke mbak Abidah dan ayahnya. Oleh ayah mbak Abidah, kami dinasehati untuk tidak lupa membaca shalawat selama perjalanan. Ah jadi terharu. Wajar sih, dalam perjalanan ini hanya kami berdua, perempuan, naik motor, sebelum subuh lagi!
Pekatnya dirgantara dan helai-helai dingin membelai kami berdua membelah jalanan Lumajang yang sepi. Hanya terlihat beberapa warung kopi dengan lampu menyala redup berkeri. Kalau mengikuti keinginan hati, gue memacu gas hingga maksimal. Tapi terngiang oleh sebuah nasehat yang selalu diucapkan oleh penyiar radio Suara Surabaya, 'hati-hati bila jalanan lengang, jangan gegabah'.
Kehabisan Bensin
Sebagai pengemudi, gue lalai memperhatikan indikator bensin sepeda motor. Gue baru sadar setelah kami berada di daerah dataran tinggi yang mulai jarang pemukiman penduduk. Apalagi ini masih pagi buta, subuh saja belum!
Ketar-ketir sambil membaca doa, akhirnya kami menemukan warung jualan bensin yang masih tutup. Awalnya tidak enak hati, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya gue mengetuk pintu rumah di belakang warung. Alhamdulillah si bapak keluar dan bersedia melayani menjual bensin. Pelajaran #1: selalu cek indikator bensin!
Jalan Berliku, Lengang Berbintang
Tak sampai satu jam dari rumah mbak Abidah kami mulai menyusuri jalanan khas menuju dataran tinggi yang berliku dan menanjak. Pemukiman penduduk yang rapat, mulai merenggang, dan akhirnya tidak ada sama sekali. Digantikan oleh semak belukar disepanjang kanan dan kiri jalanan aspal yang mulus.
Sambil menggigil kedinginan dan terus memacu sepeda motor, gue tidak berhenti dibuat kagum dengan kebesaran Allah. Betapa tidak, bulan purnama terang benderang membersamai perjalanan kami dengan posisi seakan tepat sejajar di sebelah kiri, dan hanya dipisahkan oleh tebing landai. Keadaan sekeliling yang gelap gulita juga membuat hamparan langit di atas kepala terlihat berkilau oleh gemintang. Masya Allah, alhamdulillahi rabbil 'alamin, teringat bagaimana kami tadi malam basah kehujanan, dan pagi ini sepertinya cuaca akan cerah!
SAMPAI DI DESA ARGOSARI
Kelamnya langit mulai memudar di ufuk timur saat kami sampai di desa Argosari. Melewati jalanan desa, tidak terlalu sulit menemukan jalan menuju B29 karena disetiap persimpangan ada palang penunjuk arah. Tibalah kami di sebuah persimpangan di mana palang menunjuk ke arah kanan, sedangkan seingat gue tahun lalu rombongan mobil LDK tetap lurus. Ke kanan jalanan aspal, dan lurus jalan tanah berbatu. Salahnya gue, memilih lurus, cari aman karena tahun lalu sudah pernah lewat situ.
Belok Kanan, Jangan Lurus!
Jalan lurus benar-benar tanah dan batu yang licin akibat hujan semalam. Berkali-kali ban motor depan maupun belakang selip. Kemudian ada 2 bapak-bapak yang menawari kami baik ojek hingga ke atas dengan tarif IDR 80K PP. Kami menolak, karena kami #lowbudgetfighter dan meski sudah turun harga hingga iDR 50K. Setelah berunding dengan mbak Jule, akhirnya kami memutuskan untuk memarkir motor dan jalan hingga ke puncak. Sebelum itu kami mampir di sebuah musala kecil untuk salat subuh.
Dan baru gue tahu, ada akses untuk sepeda motor sampai ke puncak B29 bila belok kanan di persimpangan itu! Pelajaran#2: selalu ikuti jalanan beraspal!
Meski mayoritas penduduk kecamatan Senduro beragama Islam, tapi ada juga sebagian kecil yang menganut agama Hindu seperti suku Tengger. Sehingga selain masjid atau musala kecil, di sini juga ditemukan tempat beribadah untuk masyarakat beragama Hindu.
Jalan menuju B29 menanjak namun landai, sehingga tidak terlalu capai. Apalagi bila ditemani oleh siluet gunung Semeru yang gagah terpancang di sebelah kiri gue. Apalagi kanan dan kiri jalan adalah hamparan kebun atau ladang warga yang ditanami berbagai jenis tanaman konsumsi. Melihat para bawang prei yang gemuk-gemuk hijau, rasanya pingin bikin martabak telur gurih.

Mbak Jule sedang menikmati pemandangan lembah hijau (foto atas) setelah mengambil foto gue yang sedang naik-naik ke bukit kecil (foto bawah).

Pasang Muka Melas, "Pak, kami gak punya uang lebih."
Siluet pinus.
Mungkin karena tidak tega melihat kami mulai ngos-ngosan dikejar terbitnya matahari, dua orang bapak-bapak ojek menghampiri dan menawari tumpangan sampai ke atas. Kami berkilah tidak bawa uang banyak, dan akhirnya malah ditawari tumpangan gratis. Awalnya kami menolak, tapi......apa salahnya menerima bantuan orang lain, hehehe.
Namun ternyata sampai atas gue ditodong, 'kasih dikit lah dek, ganti uang bensin aja'. Sontak gue kaget dan agak gondok, wah si bapak......Dan dengan raut polos gue keluarin uang dari saku tas yang hanya berjumlah tujuhbelas ribu rupiah, 'saya bawanya cuma segini pak, belum ambil lagi di ATM'. Dan memang literally gue cuma bawa uang segitu! Hahaha xD
Malah akhirnya si bapak menolak uang yang gue sodorkan. Katanya, 'yaudah gausah, bawa aja'.
Bapak ojek. Dan berkat naik ojek, kami jadi tidak membayar IDR 5K untuk retribusi masuk B29 alias gratis, hehehe.
PUNCAK B29?
Rencana menyaksikan matahari terbit dari puncak B29 tidak bisa terealisasikan, karena kami sampai di puncak ketika langit sudah cerah merekah. Lekukan perbukitan yang menghampar sejauh mata memandang sampai ntah, di ujung Lumajang mana. Yang jelas gue bersyukur Allah beri nikmat penglihatan tanpa buta warna. Apa jadi bila gue melewatkan visual seindah ini?
Ah gemesss! Sisa kabut yang masih bergelayut di atas daratan pasir berbisik dan padang sabana sepertinya malas beranjak.
NAIK TERUS KE SASANA LUAS, PUNCAK B30!
Menuju ke puncak B30 hanya tinggal mengikuti jalan setapak yang menanjak ke atas di sebelah kanan B29. Dari sini kita bisa melihat gunung Bromo yang ketinggiannya hanya 2.329 meter diatas permukaan laut. Bahkan, kita bisa menikmati pemandangan hampir keseluruhan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru! Dan menariknya lagi, saat itu gunung Bromo sedang erupsi non-letusan sehingga terlihat asap tebal berdebu yang keluar dari kawah gunung Bromo.
Cemoro Lawang
Cemoro Lawang
Secara bahasa sih maksudnya 'pintu cemara'. Cemoro Lawang adalah sebuah dusun kecil yang berada di sebelah utara-timur gunung Bromo. Desa yang berada diketinggian 2.217 mdpl ini merupakan salah satu pintu masuk menuju gunung Bromo, dan secara administratif masuk dalam wilayah kota Probolinggo. Menurut gue, Cemoro Lawang adalah titik paling pas untuk menikmati pemandangan gunung Bromo dan gunung Batok di bawah sana.
Guratan lembah yang berliku dan natural menjadi daya tarik yang mengesankan. Daerah ini juga rawan banget dirayapi kabut. Kalau kabutnya sedang bergelantungan, aura mistisnya bikin gemes! Tapi biasanya kabut hanya bertahan hingga jam 7 pagi, selebihnya tehempas.
Teman-Teman Mungil Baru
Saat asyik berfoto, serombongan anak seusia SD datang. Mereka datang menggunakan sepeda motor, namun juga ada yang jalan kaki. Gue merasa bahagia dan...sedikit terenyuh? Ketika melihat mereka bahagia main di sini. Teringat beberapa kali gue menjumpai sekelompok anak seusia mereka di lingkungan gue, yang kalau berkumpul, pada sibuk bermain hape.
Bukan gue menyangkal perkembangan zaman dan teknologi sehingga merubah pola interaksi anak zaman now, hanya gue pikir.....sayang sekali loh. Tubuh mereka butuh bergerak.
GALERI
Bila foto sebelumnya berlatarbelakang gunung Bromo, maka foto ini membelakangi. Sehingga yang terlihat adalah pemadangan kota Lumajang yang gak jelas-jelas amat, selain bayangan pegunungan dan saputan awan yang terlihat samar. Dan ini mengingatkan gue dengan adegan pembukaan film Avatar The Legend Of Aang, dimana ada siluet pegunungan khas Cina, kemudian ada naga yang asik terbang kesana-kemari.
TIPS TIPIS-TIPIS
- Sebenernya ini relatif sih, karena tingkat toleransi tubuh seseorang menerima dingin berbeda. Hanya menurut gue, tidak perlu membawa jaket yang tebal bulu-bulu. Jaket parasit aja cukup.
- Bawa jajanan sama minuman. Tapi tenang aja, di B29 sudah banyak warung yang menyediakan camilan mulai dari mi instan, gorengan, dan bermacam minuman hangat.
- Buang sampah pada tempatnya! I beg you I command you!
- Perjalanan Lumajang-B29 PP dengan tangki penuh, kira-kira ID 30K.
- Tiket masuk IDR 5K (yang mana tidak kami bayarkan gara-gara menumpang ojek, yang juga gratis, hehehe).
- Biaya parkir di halaman rumah warga, IDR 10K (sepeda motor).
- Jajanan, tergantung perut wkwkw.
Serius deh, itu pemandangannya kece banget, mbak.
ReplyDeleteBtw, salam kenal :)
Sangat! Waktu nulis sampai bingung harus diekspresikan seperti apa. Sudah pernah kesinikah?
DeleteSalam kenal dari Malang juga mas! ^^
subbahanallah tempatnya indah banget ya, suasananya terlihat masih asri dan terjaga. Semoga suatu saat saya bisa main kesana ^_^
ReplyDeleteAlhamdulillah~~~
Deletekalau main kesini jangan buang sampah sembarangan biar tetap asri dan terjaga ya, hehe.
Lampung-Lumajang dekat, ayo sesegera mungkin ^^
Hali ter hehe, ini Sweji.
ReplyDeleteMungkin kamu kaget aku tau blog kamu dmn. Tp ini beneran blog kamu kan? Hahaha.
Tahun lalu, aku lebaran di Lumajang. Sayangnya, ga tau ada tempat begini, belum kenal kamu, dan 100% ga boleh juga ke situ. Huhuhuhu.
Mungkin tahun ini atau tahun depan, kalo ada rezeki aku mau ke Lumajang-Malang lagi. Kita bisa main dan ke tempat kamu suka berpetualang hahaaha.
Plus,
Mari menggendut bersama! (re; jajan. wkwk)
Sincerely, 쉐지 cantik!
*halo. Yaampun
DeleteHalo kak! Atau tante? /dikeplak wkwkw
DeleteTau darimana blog ku? Malu nih, masih amatir hehe. Tapi selamat datang yaa, be relax and enjoy /apasih xD
Udah kenal kali te -_- waktu itu pernah nyapa tante kok grgr diceritain sm Pindang, cuma kayanya tante ga notice aku :P
Yup! Feel free to contact me! Hopefully we can meet and sharing many great things wkwkwk. Yoooo~ tenang aja, Malang has a really lot of delicious and fascinating foods, snacks, beverages, etc XD
Alamak cantik pemandangannya. Seger. Aku memang ada rencana ke B29 dan thankyou untuk pembukaanya XD
ReplyDeleteIyaaaa!!! Malah waktu saya berkunjung ini cerahnya cuma bentaran doang, abis itu mendung dan ujan gede xD tp syukurnya masih sempat cerah hehehe. Yasshhh!!! Harus ke B29, lihat Bromo from another side #tsaaahh
DeleteSama sama ^_^ senang juga dah bs bantu~~~ terimakasih kunjungannya :)
itu gimana critanya sampai manjat gitu.. sekalian pasang photo behind the scene yang pas manjatnya ya. ha ha
ReplyDeleteKarena ada pohon bercabang kuat yang saya yakin bisa menopang berat badan saya wkwkw. Dan saya yakin ketinggian suatu titik akan memberikanpemandangan berbeda yang tidak kalah bagus daripada berada dirata-rata ketinggian /apaandeh/.
DeleteHuaaa... Kok udah nyampek aja sih ke B29. Padahal saya yang di daerah sekitar Sukapura Bromo belum kesampaian main ke B29. Hiks.
ReplyDeleteCantik banget ya bikin hati semakin kebat kebit buat menginjakkan kaki di sana.
Lohhh seriusan kak tinggal di Probolinggo?
DeleteWaah tau gitu saya mampir waktu kesini, hehehe xD
Ih padahal dekat dan ga susah kesini. Cus kak kesini, keren banget loh xD
wah saya baru tau ada istilah B29. (emang dasarnya belum pernah eksplore jatim). liat foto-foto nya mupeng banget pengen kesana.
ReplyDeletedan ga butuh modal banyak juga ternyata (ini intinya). thanks for sharing, langsung masuk list
Segerakan kak, sebelum ada pergeseran lempeng tektonik.
DeleteNah benar! InsyaAllah ga bakal nyesle deh kesini hehe.
Kece pemandangan alamnya dari bukit B29 ...
ReplyDeleteKenapa dinamai B29 ya itu bukit 🤔 ?.
Astaga, kakak berani juga nangkring di atas pohon 😁 ...
Ngga pake acara kepeleset kan,kak ?
Soalnya si bukit terletak di ketinggian 2.900 mdpl pak hehehehe.
DeleteAlhamdulillah ga pake xD
Pemandangannya keren banget! bisa jadi referensi buat traveling. fotonya bagus-bagus. jadi tertarik ke sana kapan-kapan. postnya informatif, ada semua rute dan biaya yang harus dikeluarkan.
ReplyDeleteMemang highly recommended sih kesini. Buat yang pingin main ke gunung2an tapi ga punya waktu untuk persiapan ribet dan lama hehe.
DeleteTerimakasih banyak kak!
Anyway selamat datang di blog ini hehe, semoga nyaman :)
masyaAllah pemandangannyaaa :')
ReplyDeletebeneran bawa pulangbawang preinya buat bikin martabak gak? hahaha
tapi tetep ngeri sih pas zarah naik pohon itu. itu belakang jurang loh ^^'
ngilu sendiri
safety first before taking instagramable photos
you're still cool enough being there without taking any dangerous pose. we may don't know how much other people dreaming about someday they could taking small steps, or general walks. that's our rahmah and for having a pair yet healthy feet.
sorry if this comment maybe overly lebay, trust me.. nggak bisa jalan itu nggak enak. meskipun cuma hitungan bulan.
soalnya aku ngerasa begitu saat dalam kondisi yang sama, well it was.
Nggaaak nggaak, bisa bisa saya yang dicincang petani nya xD
DeleteSaya juga udah gabisa lebih lebih lagi komentarin scenery nya.
Wkwkwkwkw it look dangerous, kelihatannya kayak mengerikan gitu ya huehehe.
But trust me, it didn't as dangerous as it looks, believe me deh ._.
Angle fotonya aja bikin si pohon keliatan tinggi banget.
Trus itu ga di pinggir jurang langsug juga, masih ada area tanah dua meter tiga meter ke belakang lagi.
Saya suka manjat, tapi suka gemetar juga si kaki kalo di tempat tinggi ._. wkwkwkw
But thanks so much for caring me kak <3 <3 <3
Love love you!
Keren banget tempatnya.
ReplyDeleteSemoga suatu saat aku bisa sampe ke sana. Amin...
Banget kerennya! xD
DeleteSemoga disegerakan :)
Wah.. belum bikin postingan tentang B29 ni...
ReplyDeleteNdek kae motorku 125cc mung kuat sampe tulisan gede B29.. haha
Ayo dibikin, saya mau baca wkwkw.
DeleteKalau sepeda persneling mah insyaAllah kuat sampai atas, aman juga.