Perhatian! Tulisan ini mengandung opini subjektif rasa objektif dibumbui pembelaan berdasar fakta.
Intermezzo, tulisan dengan tema ini sebenarnya sudah pernah ditulis di blog lama yang nggak Top Level Domain (ehe). Tapi gue rasa tema yang bakal dibahas masih relevan sampai kapanpun sepanjang sekelompok masyarakat Indonesia masih memiliki stereotip bahwa matematika adalah pelajaran anak pintar.
Jadi pada suatu malam Ramadhan yang syahdu, gue bersama nenek, tante, dan dua tuyul alias sepupu yang kompakan gundul shalat isya' dan witir di masjid yang bukan langganan. Ceritanya Ramadhan Trip cari suasana baru. Shalat berlangsung khusyuk meski dua tuyul lucu bertemu dengan sebangsanya sehingga suasana menjadi hingar bingar di lapangan masjid.
Selesai shalat tarawih dan witir, kita beranjak dan beres-beres mau pulang. Eh tanpa dinyana gue berpapasan dengan ibu-ibu yang merupakan ibu dari salah satu teman SD. Gue pernah SD..................
Gue nyapa duluan, nggak mau sok ga kenal, hitung-hitung menyambung kembali silaturrahim /senyum menawan sambil nangkupin tangan ala mohon maaf lahir batinnya lebaran/.
Z= Zahrah
I= Ibu itu
Z= Assalamualaikum tante.......
I= Waalaikumussalam....ehh.....(mikir bentar, pangling kali ya)
Z= Hehehehehe (cengar-cengir aja kasih waktu lebih tebak-tebakan siapa gue)
I= Ehh, Zahrah yaa, temennya si Anu (nyebut nama anaknya)
Z= Iya te, hehe. Tante gimana kabarnya?
I= Alhamdulillah sehat. Kamu gimana? Sekolah di mana sekarang?
Z= Alhamdulillah saya sehat juga te. Di SMAN 3 te, hehe. Si Anu sekolah di mana te? Jurusan apa?
I= Anu sekolah di SMA Blabla jurusan IPS. Kalau kamu?
Z= Saya jurusan Bahasa te :)
I= Owalah, malah bahasa ya....
Z= Iya......(senyum garing)
I= Yasudah, tante duluan yaa~
Z= Iya tee
Begitulah. Sampai rumah gue tergolek lemas. Antara gue yang terlalu sensitif atau memang tendensi tante tadi kurang baik? Gue menangkap nada-nada mengejek/menghina/merendahkan ketika tahu gue jurusan Bahasa, masih bagusan juga anak beliau yang jurusan IPS.
Kalau dinarasikan, kira-kira seperti ini; temen gue jurusan IPS, which is sudah terkenal banget dengan label 'anak buangan IPA', nakal, rusuh, ricuh, blabla. Nah ketika tahu gue anak Bahasa, si tante lega karena level jurusan gue lebih rendah dari IPS. Bahasa 'anak buangan dari IPA dan IPS'. Mampas deh.
Seakan-akan beliau tidak respect dengan jurusan kebanggaan gue, Bahasa. Memang kalau dilihat-lihat sepertinya kriteria masuk kelas Bahasa tidak sesulit jurusan IPS, apalagi IPA. Anak yang nilai IPA nya bagus-bagus bebas melenggang memilih 3 jurusan. Anak yang nilai IPS nya bagus cuma bisa memilih antara IPS atau Bahasa. Dan yang nilai Bahasa nya bagus, masuknya kalau tidak Bahasa ya IPS.
Dengan jurusan IPA, masa depan anda akan terjamin. Pilihan jurusan di universitas lebih banyak. Lapangan pekerjaan lebih luas. Anak IPA kece-kece.
Beberapa pemikiran umum mengenai jurusan IPA di atas tidaklah salah, sungguh. Namun bukan berarti jurusan lain levelnya berada di bawah IPA. Dibukanya program selain IPA justru menunjukkan adanya variasi petak kecerdasan manusia. Sayangnya sebagian masyarakat masih terpancang sehingga menutup mata dengan keadaan ini.
Gue ingin ada perubahan pandangan. Kelas bahasa bukan buangan. Kelas bahasa bukan anak tiri. Kami bukanlah sekumpulan anak yang bisa seenaknya dicap bodoh karena tersingkir dan terbuang dari seleksi program penjurusan.
#tsaaaah
Tidak usah ambil jauh-jauh. Contohnya saja kelas gue yang berisi 14 ekor ahli surga patuh pada orang tua dunia akhirat (AMIN). Kakak tingkat di atas gue cuma 6 helai, atasnya lagi 13 ekor.
Dibanding dengan program IPA atau IPS, jelas kami kalah jumlah. Program IPA ada 6 kelas dengan sekitar 36 makhluk per kelas. Program IPS ada sekitar 75 makhluk yang dibagi dalam 2 kelas.
Bisa dilihat betapa elitnya kami anak program bahasa bisa belajar dengan intensif karena tak lebih dari 15 orang. Ilmu bisa cepat diserap karena suasana hening alias kagok mau berisik karena bakal mencolok banget. Bimbang mau tidur atau berisik, karena akan sama-sama ketahuan dengan mudah.
![]() |
Kita juga jago main kartu. Gapleh, UNO, remi, apalagi? |
Cerita sedikit.........
Gue pun mengalami masa galau memilih jurusan ketika kenaikan kelas dua SMA. Gua pingin IPA soalnya suka Biologi, gue pingin masuk IPS soalnya suka Sosiologi. Gue pingin banget bahasa soalnya gue suka bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Jerman (meski kacau banget penguasaan tata bahasanya), Antropologi, dan Sastra.
Setelah berdiskusi agak alot dengan orangtua dan searching sana-sini dikomparasikan dengan potensi dan peluang masa depan #tsaaaaaah, gue memilih program Bahasa dengan bangga dan bahagia dunia akhirat.
Meski pada waktu itu guru Biologi berkata, 'loh, kok milih Bahasa? Nggak mau IPA aja? Nilai Biologi kamu bagus loh.' Gue cuma bisa senyum-senyum malu dipuji. Tapi tetap, langkah gue pasti ke program Bahasa.
Bicara tentang teman gua yang lain, 85% adalah anak-anak yang nilainya sangat cukup untuk masuk program IPA. Berdasar survey ke seorang guru dan numpang ngintip rapor mereka, nilai-nilai IPA nya bagus banget. Beberapa guru juga mengakui mereka anak yang cerdas dan sopan. Tuhkan, kualitas kelas gue tuh premium B)
Gue berani bilang kaya gitu karena memang ada bukti konkritnya kok. Anak bahasa sering banget maju ke depan waktu upacara bendera hari Senin. Bukan karena kami begundal pelanggar aturan, tapi maju kehadapan untuk menerima piala tanda prestasi secara simbolik oleh kepala sekolah. Keren kan!
![]() |
Borong piala di ajang Bulan Bahasa SMAN 2 Surabaya |
(Terimakasih kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi mengharumkan nama program Bahasa)
Sudah tradisi di sekolah gue, program bahasa itu tukang boyong piala. Ketika awal masuk kelas 2 di mana gue dan yang lain memulai hari baru dengan cap 'anak Bahasa', sesungguhnya kami dibayangi oleh cerita-cerita masa lalu kakak kelas Bahasa. Apakah masa lalu yang kelam? Tentu tidak. Masa lalu itu begitu bercahaya sehingga kita menanggung berat, 'apakah kita bisa kaya kakak kelas sebelumnya? Mempertahankan harga diri berprestasi' #tsaaaaah.
Sewaktu SMP, gue sudah sering mendengar prestasi-prestasi yang diukir anak Bahasa di SMA 3 Sidoarjo (sekolahku<3). Dan ketika semakin menajajaki hari demi hari di kelas bahasa, gue bisa merasakan atmosfir perjuangan itu tidak main-main.
Bukannya mau sombong, tapi dengan bangga inilah beberapa prestasi anak Bahasa (yang gue tahu selama 2011-2014 ya):
Juara I Baca Puisi Bahasa Jepang UNITOMO 2013 tk. Jatim
Juara I Musikalisasi Puisi tk. Kabupaten 2013
Juara II Drama tk. Kabupaten 2013
Juara II Akustik Lagu Jerman di UM tk. Jatim 2012
Juara II dan III PUJ (pengetahuan umum Jerman) UNESA tk. Jawa-Bali 2012
Juara I Drama Jerman UNESA tk. Jawa-Bali 2012
Juara II Baca Puisi FLS2N tk. Kabupaten 2013
Juara III Qiraah FLS2N putri tk. Kabupaten 2013
Juara I, II, dan III PUJ SMA 2 Surabaya tk. Jatim 2013
Juara I, dan II Mendongeng Jerman SMA 2 Surabaya tk. Jatim 2013
Juara III Benron (Pidato Bahasa Jepang) tk. Provinsi
Peserta AFS sampai ke Amerika
Dari apa yang dicapai dengan ukuran piala atau sertifikat seperti di atas, kami mendapat lebih dari itu. Kami pun sering mengalami kekalahan. Tapi bukan berarti kami adalah loser, itu hanya temporary. Yang paling berkesan adalah pengalaman berdiri di atas panggung menampilkan yang terbaik, meningkatkan fokus di sebuah ruangan dingin demi mengerjakan soal tanpa salah, menegakkan kepala saat bernyanyi dengan bahasa asing........
![]() |
Intensif, aktif, partisipatif, motivatif, inspiratif, interaktif, cara belajar yang efektif. |
Ah sungguh.........................
Ada yang bilang, 'bahasa mah gampang pelajarannya'.
Yuk jawab jujur, berapa nilai bahasa Indonesia anda? Selalu sempurna? Wah harusnya memang begitu dong. Kan bahasa Indonesia adalah bahasa ibu, pasti mudah!
Tapi faktanya? Yuk mengurangi kepandaian meremehkan sesuatu :) hehe.
Asyiknya lagi menjadi bagian dari squad kelas Bahasa adalah mendapat perhatian lebih dari guru-guru. Bagaimana tidak, siswanya jauh lebih sedikit daripada jurusan lain. Jumlah kami waktu itu memang hanya 14 ekor, tapi percayalah kami ini punya tajuu kagebunshin no jutsu alias jurus seribu bayangan wkwwkwkw. Manifestly 14 tapi seperti 1000 orang satu ruangan.
![]() |
Classy class, attending orchestra concert B) |
Biasa, anak Bahasa memang berisik, tapi berisi #tsaaaah.
Jadi, bagi para adik-adik yang sedang memilih jurusan......percayalah jurusan apapun bisa mendatangkan ilmu yang bermanfaat. Bukan main apabila adik sekalian mengecek ulang bakat dan minat. Diharapkan, kalian semua bisa belajar dengan menyenangkan dan semangat karena ada bakat dan berminat, okay?
Yang masih ragu-ragu memilih Bahasa. Begini dek, 'bahasa merupakan alat komunikasi bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri'.
[tujuh]
[tujuh]
Bahasa bukan hal yang remeh. Kalau ditelaah, daripada sebuah penemuan teknologi yang canggih, perkataan lah yang bisa memutarbalikkan poros ideologi dunia ini.
Whoops! Bukannya meremehkan, sekedar untuk renungan saja :)
Tapi bukan berarti masuk kelas bahasa lantas juara lomba-lomba. Kami di kelas bahasa pun belajar keras, perlu PEMBUKTIAN. That’s the important point. Whatever major you take, science/social/fashion/hospitality/sport, you need to PROVE and take the responsibilities of your choice.
![]() |
2 JUNI 2014 |
Zahra kucari cari kamu yang mana ? kamu yang mana ?
ReplyDeletehahhaa
Sedih memang kalau sudah berurusan sama STIGMA para orang tua ini. Syukur kalau masih ada orang tua yang mengikhlaskan anaknya memilih yang bukan IPA. Karena ada lho yang ortunya sampe rela bayar demi anaknya masuk IPA. Biar prestis kali yah?
Padahal kalau aku dulu SMA mah pasti aku masuk bahasa wkwk. Sayangnya aku anak SMK. Lulus langsung kerja ^^
Btw banyak juga ya prestasinya. Hebat! :D
Aku yang ituuu!!!! Yang ituuu yang pake jilbab putih hahahaha xDD
DeleteNah iya prestis...padahal loh kalau kepaksa masuk IPA kan jadi ga bahagia...trus tertekan sama 'image' orang" diluar juga kan, 'eh kalo IPA pinter dong'. Lagian lulusan IPA udah kebanyakan xD baiknya kita bikin jurusan baru, yaitu 'sopan-santun' (?). Ga juga sih, kalau IPA nya bener" IPA insyaAllah lebih maksimal gituloh.
Disyukurin aja kak, SMK juga enak, skill nya lebih ada [sepertinya begitu kan ya?]. Alhamdulillah, SMKnya bagus pula :P wkwkwkw
Iya alhamdulilah lulus sung kerja :D
DeleteSemoga aku bisa cepet nyusul, amiin >.<
DeleteDi angkatan aku, anak bahasanya 26 orang dengan perbandingan cowok ceweknya jomplang. Tapi, mereka bisa mengharumkan bahasa karena bisa ngadain acara bunkasai dengan sukses. Meskipun aku dlu anak ips, tetapi aku juga mendukung anak bahasa hehe
ReplyDeletewww.extraodiary.com
Sama xD kami juga, 14 orang cowonya cuma 2. Lumayanlah untuk angkat" bangku kalo lagi bersihin kelas xD
DeleteWah, standing ovation deh untuk teman" bahasanya kak Inez :)
Terimakasih sudah berkunjung ^_^ insyaAllah akan berkunjung balik~
setiap jurusan itu punya prestesius tersendiri, selain itu semuanya punya masa depan cerah yang sama, tergantung orang nya sekarang. kalau serius pasti beerhasil.
ReplyDeletenah, saya sendiri di jurusan IPA, tapi cintanya ke plajaran ekonomi dan akuntansi. sampai lulus tetap di jurusan IPA dan terus belajar ekonomi dan akuntasi sampai tamat. lebih banyak baca buku ekonomi dan akuntansi, 1 buku udah ditamatin 3-5 kali, bukanya ada 6, dari sekolah n ambil dari luar.
finally sekarang kerja pun jurusannya rada ke IPS, tapi pas tes masuk standar soalnya untuk anak IPA.
IPA, IPS, Bahasa, apapun itu tetap OKE, asal diseriusin.
Yap, 'tergantung orangnya'. Saya setuju sekali!
DeleteWah, kak Sabda optimal sekali dong apa yang didapat dari bacaan" itu, sampai 3 kali bacanya.....
Ilmu" IPA juga ga bisa kita tinggalkan begitu aja emang, penting tapi bukan prioritas boleh kan ya. Hehe, 'asal serius'. I'll note it!
Terimakasih sudah berkunjung :)
yaaah udah komen panjang2 malah gagal konek :(
Deletetulisan ini mewakili perasaanku dulu yg juga anak bahasa...tapi aku nggak pernah nyesel dgn stigma2 org,,,justru krn dulu aku jurusan bahasa,,, skarang jdi punya potensi keliling dunia,,,
btw,,,hebat bgt bia menjuarai kompetisi jerman2 gitu...;)
Yah :( jadi penasaran deh apa yang kaka mau komen ehe
Deleteyes punya bala lebih banyak wkwkwkwkw
Yes me pun begitu, gak menyesal pilih jurusan bahasa. Hanya sedikit menyayangkan stigma" itu. Berharap mereka bisa melihat dari sisi lain yang lebih baik :)
Nah kalau yg keliling dunia itu belum....
doakan ya kak >.<
Ya kami hebat!! xD pede banget
aku juara 2 Märchen loh kak ._.
aku bawain Rotkäppchen :)))
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHai kaa.. terinspirasi banget aku sama cerita kaka.. ka kalau boleh tau kakak setelah lulus sma masuk universitas apa ya? terus aku masih bingung nih.. kakak sekarang profesinya apa aja yaa?? lagi ada research nih tentang jurusan bahasa di sma>.< saya lagi nyari orang yang telah lulus dari sma dengan jurusan bahasa nih.. kalau boleh bagi ceritanya dong tentang apa yang kakak lakuin setelah lulus dari sma. keterima di universitas manakah? Arigatou~~
ReplyDeleteHalo Zee! Semoga nyasar kesini bermanfaat dan ada hal positif yang bsia diambil yaa wkkw.
DeleteAku ke UIN Maliki Malang ambil jurusan Bahasa dan Sastra Arab, karena di univ ini jurusan BSA nya (kata orang2), dan aku rasain sendiri sih, emang bagus. Soalnya passion aku di bahasa. Kenapa bahasa Arab? Hmm cerita yang panjang sih, ada lah hubungannya sama agama juga. Terus, kalau bahasa Inggris kan yaa udh lumayan get used to it. Kalo bahasa Arab belum. Lagian bhs Arab juga termasuk salah satu bahasa United Nations :)
Sekarang aku masih kuliah. Tahun kemarin ambil program Pengajaran, soalnya aku suka ngajar! Wkwkwkwkw. Tapi ada juga sih Guiding and Tourism, trus Literation.
Habis SMA alhamdulillah ga ngapa2in krn lolos SNMPTN :)
Kalau mau lengkapnya bisa e-mail, atau WA/Line aja heheheheh :D
Kak, aku jurusan bahasa juga di Smansa kota ku, awal masuk emang suka di underestimate sama orang, terutama orang tua, kalo teman yang beda jurusan sih, Mandang nya B aja, bahkan tetap solid. Jurusan bahasa di sma ku hanya ada 1 kelas, sekelas 36, Alhamdulillah komplit, walaupun ada yang terpaksa.
ReplyDeleteSama itu kak, aku mau tanya. Jurusan bahasa juga bisa ikut SNMPTN nggak? Kalo SNMPTN ambil soshum bisa nggak?
Kalau SBMPTN kan udah jelas ambil soshum dong ya? Jadi, kita juga harus belajar soshum dong?
Wah, 36 termasuk banyak tuh. Dulu aku cuma 14, kakak angkatan 8 orang, adik angkatan 8 juga malah ._.
DeleteDijaga ke solid annya ya! Gak papa mah orang lain underestimate, tinggal gimana kamu dan teman2 kamu yang lain membuktikan. Ikuti tuh banyak olimpiade2 bahasa atau bulan bahasa di univ2 :)
Bisaaa banget lah!
Alhamdulillah diknas gak pilih kasih kok hehehe.
InsyaAllah bisa banget deh, kan kita masuk IPS sebenernya. Dan soshum itu IPS. Tapi, biar gak ragu, cek aja. Maksudnya regulasi tiap univ itu beda. Untuk jaga2 :)
Maaf banget sebelumnya :( dulu aku gak ikut SBMPTN, jadi gak seberapa tahu apa aja yang bakal diujikan. Yang jelas, karena soshum masuk IPS, ya paling pelajaran2 IPS sama TPA sih. Dan sepertinya bukan ttg soshum secara khusus, ttg IPS aja gimana.
Hehe, maaf ya kalo penjelasannya kurang bisa dimengerti ^^v