Kawah Ijen terletak di puncak gunung Ijen yang berada di perbatasan kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi. Pesonanya menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi populer sejak 1992 di Jawa Timur. Memang apa? Salah satunya, sang kawah yang berwarna Biru Tosca. Bahkan waktu itu ada salah satu iklan produk kecantikan Korea lewat di TL gue, SK II (tau kan?), syuting di sini.
So gue saranin, Kawah Ijen masuk ke dalam bucket list sebelum 2017 berakhir :) iya, besok ya kalo gak hujan pergi ke sini. Huehehe.
Bertepatan dengan hari Kamis, waktunya artikel bertema dari The Enchanting Ladies. Kali ini, TIDUR DI LUAR RUMAH. Hayoloh. Apa berarti diusir dari rumah? Ô…(≖‿≖Ô…)
Nggak lah :) gue mau cerita pengalaman tidur saat melakukan perjalanan ke Kawah Ijen.
(¬_¬”)-cÔ…(‾⌣‾Ô…)
Dikarenakan loket pendakian ke Kawah Ijen dibuka pada pukul 1.30 AM, maka pengunjung punya dua pilihan; datang siang/sore dan menginap sembari menunggu loket buka, atau datang saat loket dibuka.
Masalahnya adalah;
1. JAM TUTUP PENDAKIAN
Demi keselamatan pengunjung, pendakian ke Kawah Ijen ditutup sekitar jam 9.30 (karena khawatir kabut atau hujan turun bro). Sehingga, mau tidak mau, pengunjung yang datang di atas jam tersebut harus menunggu sampai keesokan subuh jam 1.30 AM. Nah berarti harus menginap kan?
2. AKSES
Akses menuju Paltuding dari Banyuwangi kota bisa dikatakan curam, lumayan ekstrem, licin, dan tidak ada penerangan sama sekali. Jadi ya bayangin lah kalau gak nginep, berarti berangkat dari kota Banyuwangi setidaknya jam 23.00/24.00 malam dengan kondisi seperti itu.
Tuh, kayak gini. Semacam ada di Jurassic Park menurut gue. Bayangin aja tengah malam berkendara lewat sini.
Kalau gue saranin, mending menginap saja. Apalagi waktu itu gue melakukan perjalanan berdua dengan mba Jule, sama-sama cewek. Eh bukan, gue kan peri hutan. Kami memilih untuk berangkat pagi dari Banyuwangi kota. Sebenarnya ini modus. Aslinya, mau main ke Kawah Wurung dulu. Huehehe.
JADI NGINAP DI MANA?
Ada beberapa pilihan menginap di Paltuding (tempat nunggu kalau mau naik ke Kawah Ijen, tempat loket); sewa kamar, sewa tenda, sewa bilik di warung, atau bikin tenda sendiri.
Di Paltuding ada beberapa kamar dan tenda yang dapat disewa dengan harga IDR 200.000 per unit per malam. Anyway, tendanya siap pakai kok, lengkap dengan kantung tidur, selimut, dan penerangan. Sementara kalau sewa bilik di warung.......tergantung nawarnya sih, hehe (waktu itu gue lihat ada bule-bule yang masuk ke kamar salah satu warung). Sedangkan bila membawa tenda sendiri, ada biaya IDR 15.000/malam (katakanlah biaya sewa lahan).
Kami sih....................numpang tidur di warung :)
Numpang ya, bukan sewa, ehe.
Jadi ceritanya, setelah main di Taman Nasional Baluran, kami menginap di Koko Homestay yang berada dekat dengan stasiun Karangasem. Di sana kami berkenalan dengan pemiliknya. Sayang sekali lupa nama, kalau begitu sebut saja namanya mas Mawar. Selain mengurus homestay, mas Mawar juga sering mengantar tamu ke Kawah Ijen maupun destinasi lain di kabupaten Banyuwangi. Oleh beliau, kami diberi pesan, 'nanti sampai Paltuding, cari aja warungnya bu Im. Saya sudah kenal baik dengan beliau. Bilang aja kalian tamu saya biar lebih enak'.
Saya simpan petuah beliau baik-baik dalam ingatan.
Pagi menuju ke Kawah Ijen, kami tidak berhenti di Paltuding, melainkan lanjut ke Kawah Wurung. Jam 4 sore, kami turun dari Kawah Wurung menuju Paltuding. Saat itu parkiran Paltuding terlihat sepi, hanya terlihat dua mobil terparkir dengan beberapa motor milik petugas. Setelah memarkir motor, kami menuju ke warung yang ada spanduk "WARUNG BU IM".
Sepiiiiii.
Kami celingak-celinguk mencari bu Im, maunya sih SKSD supaya di notis. Tapi ternyata beliau belum datang, hanya ada pak Im. Jadilah kami mengobrol dengan beliau, sambil bercerita bahwa kami adalah tamu mas Mawar (modus modusss).
Malam semakin kelam, kami habiskan dengan mengobrol dan menyantap nasi goreng plus teh hangat. Gue sih gak mau makan banyak-banyak. Ntar ribet urusan kamar mandi. DINGIN, kayak ditusuk jarum :(
Tidur di Warung Sampai Beku Kedinginan
Ketika langit sudah benar-benar gelap, gue dan mba Jule masih saja duduk di luaran warung. Karena terlihat seperti anak ilang, oleh pak Im kami disuruh masuk ke dalam warung. Lumayanlah, suhunya naik nol koma sepersekian derajat.
Seiring jantung gue berdetak, suhu makin turun. Tepat setelah jam shalat Isya, pak Im menutup pintu warung dan menyuruh kami tidur, siap-siap mendaki besok, katanya. Dibantu pak Im, kami menata kursi-kursi warung sedemikian rupa untuk tempat tidur. Setidaknya ini badan bisa telentang lah.
Berbantal tas, gue mulai menjemput ketidaksadaran.
Seiring jantung gue berdetak, suhu makin turun. Tepat setelah jam shalat Isya, pak Im menutup pintu warung dan menyuruh kami tidur, siap-siap mendaki besok, katanya. Dibantu pak Im, kami menata kursi-kursi warung sedemikian rupa untuk tempat tidur. Setidaknya ini badan bisa telentang lah.
Berbantal tas, gue mulai menjemput ketidaksadaran.
Apakah tidur kami nyenyak? Jelas tidak.
Yang ada limabelas menit sekali gue terbangun untuk ganti posisi. Ntah itu miring ke kanan-kiri atau ganti posisi antara kepala dan kaki, demi mengusir dingin. Masalahnya si dingin gak santai, kayak sampai menyelinap ke sumsum. Gue tidur berpose kayak mumi. Tangan memeluk dada, tungkai kaki nempel. Mba Jule malah berselimut mukenah.
Begitu terus dari sekitar jam 8 sampai jam 1.30.
Itulah malam terberat gue selama kuliah.......
Oh gak deng. Malam terberat itu waktu malam KRS an :) jadwalnya sih jam 00.00 bisa diakses, tapi sampe jam 2 begadang gara-gara error terus. Eh ternyata diundur jam 7 pagi :) bukan agresif, tapi demi kemaslahatan satu semester ke depan. Kita harus atur bagaimana caranya menyedikitkan hari perkuliahan, biar Jumat bisa libur, biar kuliah selesai sebelum dzuhur. Hahaha.
Oke, back to nginep di warung.....
Begitu terus dari sekitar jam 8 sampai jam 1.30.
Itulah malam terberat gue selama kuliah.......
Oh gak deng. Malam terberat itu waktu malam KRS an :) jadwalnya sih jam 00.00 bisa diakses, tapi sampe jam 2 begadang gara-gara error terus. Eh ternyata diundur jam 7 pagi :) bukan agresif, tapi demi kemaslahatan satu semester ke depan. Kita harus atur bagaimana caranya menyedikitkan hari perkuliahan, biar Jumat bisa libur, biar kuliah selesai sebelum dzuhur. Hahaha.
Oke, back to nginep di warung.....
Akhirnya setelah berkali-kali terbangun dan ngintip arloji, jam 1 subuh datang. Parkiran yang awalnya sepi banget malah berubah jadi taman ria. ELF, mobil pribadi, sepeda motor di mana-mana. Rombongan pelajar rame bener memecah kesunyian alam.
Pintu warung di buka, hembusan angin-super-dingin menerpa gue yang baru setengah sadar. Dengan muka kursi kayu kami sempoyongan beresin barang bersiap untuk naik, yoy!
Pintu warung di buka, hembusan angin-super-dingin menerpa gue yang baru setengah sadar. Dengan muka kursi kayu kami sempoyongan beresin barang bersiap untuk naik, yoy!
Iya, bukan muka bantal, secara tidur ga pake bantal tapi beralas kursi kayu hahaha.
Dengan baik hati pak Im menyuruh kami untuk menaruh bawang bawaan di warung. Yang dibawa hanya barang berharga dan kamera. Gue bersiap dengan tas ransel yang berisi jas hujan dan tas kamera. Kami juga menyewa masker kudeta di warung.
Tau ga sih? Ituloh masker yang corongnya tiga dan berfilter. Gue nyebutnya masker kudeta soalnya nyeremin kayak mau demo trus ada gas air mata wkwkwkw. Ohya TIPS nih, mending nyewa di warung-warung aja, sekitar IDR 20K lah. Daripada nyewa di atas, harganya lebih mahal. Masker kudeta wajib kalau kita mau lihat blue fire, demi keamanan sebagai antisipasi menghalau asap belerang, bahaya mamen!
Selain itu, setiap rombongan kalau bisa sewa senter. Karena jalanan yang akan kita lewati gelap total maksimal tanpa pencahayaan. Senter ga wajib sih, tapi berguna banget. Alhamdulillah kita dipinjami hehe #lowbudgetfighter.
Dengan baik hati pak Im menyuruh kami untuk menaruh bawang bawaan di warung. Yang dibawa hanya barang berharga dan kamera. Gue bersiap dengan tas ransel yang berisi jas hujan dan tas kamera. Kami juga menyewa masker kudeta di warung.
Tau ga sih? Ituloh masker yang corongnya tiga dan berfilter. Gue nyebutnya masker kudeta soalnya nyeremin kayak mau demo trus ada gas air mata wkwkwkw. Ohya TIPS nih, mending nyewa di warung-warung aja, sekitar IDR 20K lah. Daripada nyewa di atas, harganya lebih mahal. Masker kudeta wajib kalau kita mau lihat blue fire, demi keamanan sebagai antisipasi menghalau asap belerang, bahaya mamen!
Selain itu, setiap rombongan kalau bisa sewa senter. Karena jalanan yang akan kita lewati gelap total maksimal tanpa pencahayaan. Senter ga wajib sih, tapi berguna banget. Alhamdulillah kita dipinjami hehe #lowbudgetfighter.
Loket pembayaran tiket. Untuk wisatawan domestik IDR 5K (hari biasa), IDR 7K (hari libur). Sedangkan untuk wisatawan mancanegara IDR 100K (hari biasa), IDR 150K (hari libur).
Jadi, gimana? Mau menginap di mana? Tentukan pilihanmu besok ya.....kalau gak hujan huehehe (ง ͠ ͠° Ù„͜ °)ง
Cerita "TIDUR DI LUAR RUMAH" yang lain:
Teh Dian - Cerita di Terminal
Kak Rhos - Tidur di Luar Rumah
Kak Pipit - Nyobain Tidur di Bangunan Kosong, Berani?
Kak Mude - Pernah Terdampar Saat Mudik? Ini Kisah Tidur di Luar Saat Mudik
Cerita "TIDUR DI LUAR RUMAH" yang lain:
Teh Dian - Cerita di Terminal
Kak Rhos - Tidur di Luar Rumah
Kak Pipit - Nyobain Tidur di Bangunan Kosong, Berani?
Kak Mude - Pernah Terdampar Saat Mudik? Ini Kisah Tidur di Luar Saat Mudik