Ini adalah penggalan kisah belum suksesnya seorang anak manusia yang masih terhalang waktu. Sembari menunggu awan kinton yang kelak akan membawanya pada kesuksesan hidup, bahagia karena bersyukur!
Beberapa hari sebelumnya gue dapat broadcast dari teman mengenai beasiswa Monbu. Sebagai mahasiswa semester 4, gue mikir keras. Kalau gue ikut, berarti program yang S1 dong. Jadi kuliah gue yang sudah jalan selama dua tahun ini gimana?
Tapi dengan keyakinan bonek, gue penuhi semua persyaratan yang dibutuhkan. Gue kumpulin dan kirim berkas-berkas ke Jakarta. Seriusan, gue tidak ada kepikiran macam-macam harus lolos atau ambisi apapun. Niat awal cuma ingin nambah pengalaman. Setidaknya gue pernah mencoba untuk apply beasiswa ke negara yang sudah jadi impian sejak baheula. Gue ikhtiar apapun yang terjadi, pokoknya sudah berusaha. Sambil diiringi doa, gue berharap yang terbaik (ya sambil ngarep tipis-tipis lah).
Gue tulis esai-esai, kolom-kolom yang tersedia.
Monbuka Gakusho adalah beasiswa penuh yang disediakan oleh pemerintah Jepang. Jadi, siapa yang tidak mau coba? Apalagi untuk pawa wota dan otaku di luar sana, ehe. Gue bukan penikmat dunia hiburan Jepang sih. Gue lebih suka ke bahasa, budaya, festival, sama hantu-hantunya, juga makanannya~ apalagi sushi ya takoyaki ya kakigori ya ramen nado ga arimasu (baca: dll) *^* /ngeces/. Lucuk!
Balik lagi. Sebenarnya, berangan mengikuti beasiswa ini sudah sejak 3 tahun yang lalu ketika masih kelas XII SMA. Hanya saja pada waktu itu sama sekali tidak pede bung! Bagaimana tidak, waktu kelas XII itu gue sama Mufti pernah main ke Konsulat Jepang yang ada di Surabaya. Ngapain? Nganar alias ngabsurd, jelas. Abege lain hangout ke mall atau nge-pump, kita malah nyasar ke konsulat (sebelumnya udah pernah ke konsulat Perancis juga, ahay!).
Di konsulat Jepang yang serem gara-gara pagernya tinggi kaya penjara, kita mampir ke perpusnya. Sempet ngiler waktu ngelewatin barisan orang yang antri ngurus visa ke Jepang (gue pingin bertransformasi jadi obat tetes mata biar muat di koper :')
Selesai berkunjung dan akan pulang. gue menyempatkan untuk foto di depan papan tulisan Konjen Jepang, eh trus didatangi oleh satpam. Katanya kalau mau foto harus izin dulu. Gue sempet takut. Yah masa foto di depan papannya saja kudu izin. Yasudah gue minta maaf terus gue foto lagi (untuk kedua kalinya), dan untuk kedua kalinya gue didatangi satpam itu lagi. Katanya harus izin!...krik.......jadi tiap jepret kudu izin nih? :'
Di sanalah kami bertemu dengan tumpukan kertas contoh soal Monbu. Ohmen......out of my jangkauan lah ya. Mana kurang pintar matematika, bahasa Inggris pula. Soalnya sih tidak sampai dua puluh, tapi abecenya bercabang ga karuan. Yasud, gue taruh itu soal, pupuslah harapan ikut monbu.
4 Juli 2016
Tanggal 4 Juli itu juga pengumuman ditampilkan di website. Deg-degan setengah mampus gue buka website Embassy of Japan. Tertera banyak nomer peserta, scrolling down cari nomer urut yang sesuai. Daaaannn......
NOMER PESERTA GUE ADA!
Gue lulus seleksi berkas.
Okay, berlebihan. Banyak nomer yang tercantum lolos seleksi berkas. Biarlah kesenangan ini jadi milik gue setelah sekian lama......gue tidak menyangka. Gue sampai baca lagi cadangan formulir yang dikirim kemarin, apanya yang dilihat ya? Ya, gue masih sedikit sulit menerima kenyataan.....seriusan tidak pede dengan apa yang gue tulis.
Dengan begitu gue diharuskan untuk mengikuti seleksi lanjutan yakni berupa tes tulis. Matilah mampus sudah. Apalah gue ini yang lulus dua tahun lalu dari SMA? Kelas bahasa pula, matematikanya jelas standar banget. Mana ada juga selama kuliah gue membahas matematika? Kayaknya di otak gue cuma ada bekas debu matematika. Gue senang sekali, tapi juga was-was.
Tapi gue tidak menyerah. Seminggu sebelum tes tulis, gue coba cari di google contoh soal-soal Monbu dari tahun ke tahun. Dengan pede dan keyakinan kuat, gue buka contoh soal dalam bentuk pdf................dan.....................boom! Gue tutup lagi. Tidak kuat mama. Seketika gue hilang ingatan. Ujung bibir gue berkedut saat mencoba menyelami deretan huruf campur angka. Masih enakan juga nasi campur :'
Sama sekali tidak paham jawaban apa yang diinginkan oleh para soal itu.
Gue tidak jadi belajar. Otak gue langsung heng. Tiba-tiba gue berasa jadi penderita disleksia. Angka-angka dan simbol eksak seakan menari kayak Onagh sedang menyanyikan Tir Na Nog. Gue pasrah menunggu tanggal 18 tiba.
Senin 18 Juli 2016
Pagi cerah cenderung panas sekali seperti biasa di Sidoarjo Surabaya yang kadang suka bikin muntab. Diantar partner in absurd, Mufti, gue pergi ke Surabaya. Tepatnya ke UNAIR (Universitas Airlangga) kampus B Fakultas Ilmu Budaya untuk mengikuti seleksi ujian tulis Monbuka Gakusho.
Sampai di tempat tunggu tes, mata gue ngiter menganalisis sekitar. Weh, peserta lain tampilannya menjanjikan. Berkacamata, pake pantofel, rapi batik, tangan pegang buku, kalem. Nah gue? Cekikikan sama Mufti, pake sendal crocs (sepatu gue basah, maapin), pake jubah pink cantik (ceritanya frustasi abis kondangan).
Jadi kan gue ikut tes tulis program anak IPS, yang mana dijadwalkan jam 10 pagi. Sedang jam 7 bagi pendaftar jurusan IPA. Dan ketika jam pergantian program, gua cuma bisa neguk ludah sama merapal 'mampus' dalam otak beberapa kali. Peserta IPA yang barusan keluar dari kelas auranya kuat tidak tertahankan. Mata bagai banteng siap tarung kebanyakan belajar, kacamata tebal, dan pembawaan kaku. Imej orang pinter di otak gue butuh evaluasi memang.
Sembari melangkahkan kaki ke dalam ruangan
bersama peserta lain, gue mengamati peserta yang lain. Demiapa ya. Gue yakin
kebanyakan dari mereka adalah anak ayam yang baru lulus SMA,
atau maksimal sudah setahun lulus lah. Nah apalah gue yang akan menginjak
semester 5 ini? Gue yakin otak mereka masih fresh rumus-rumus
matematika.
Allah mboten sare :)
Angin dingin AC menerpa seketika. Untungnya
sedang tidak kebelet, bisa parah. Bagus. Hati ini berdetak tidak keruan,
ruangannya dingin gilak.
Tata tertib dibacakan, ujian dimulai. Sambil
istighfar bekali-kali gue buka lembar soalnya. Okay 'm feelin' good
bruh.
Gue mencoba konsentrasi. Beberapa saat setelah
gue tilik, gue menyesal banget tidak belajar sebelumnya, Ternyata soalnya
gampang! Apalagi kalau pakai bahasa Indonesia. Mungkin banyak yang terkecoh
karena memakai bahasa Inggris. Tapi setelah gue buang bahasa Inggrisnya, gue
mulai menemukan pencerahan. Gue paham mana yang harus dihitung dan dicari
jawabannya.
Seriously, it's a piece of cake. Kalau menguasai minimal tema-tema matematika
jurusan Bahasa, 85% bakal terjawab. Ada integral juga sih, yang mana tidak ada
dalam materi anak Bahasa.
Berbekal mengais ingatan rumus-rumus di dalam
otak yang berubah menjadi jerami, gue melirik cewek yang duduk di depan kiri
gue. Ruangan besar yang cuma berisi 10 orang bikin suasananya mencekam. Suara
pensil bergores dengan kertas tajam sekali di telinga. Dan yang bikin gue down adalah.....si
cewek itu kelihatan cepat dan cekatan sekali jawabnya. Srettt sreet sret!! Gue
yang punya sense of psychology (halah, sosoan aja sih) bisa
menilai mana yang benar-benar bisa dan mana yang lagi acting mengerjakan
soal (kaya gue!).
Gue yang baru isi nama dan nationality seketika
coret-coret tidak jelas ntah menghitung apa ketika pengawas lewat di meja gue.
Tengsin dong kalau kedapetan pengawas kertas gue masih kosong tidak mengerjakan
apa-apa. Karena pada kenyataannya gue masih blank. Meski habis itu
coretan-coretan tidak berfaedah itu gue hapus lagi. Jadi yang gue lakukan
adalah menulis kembali soal yang ada biar kelihatan mengerjakan. Gue butuh
awalan, ha!
Kemudian gua tarik nafas dan mulai serius. Gue
selami soal dan berusaha memahami juga mengenali. Siapa tahu tiba-tiba mereka
bisa bicara dan kasih bocoran kan ya?
Ngawur.
Berulang kali mengucap bismillah, akhirnya
selesai juga. Ada sekitar 80% lah yang gue isi. Masalah yakin benar atau tidak,
kusudah doa kepada Allah :)
Lanjut tes bahasa Inggris. Sombong dikit nih.
Setidaknya masih bisa dinalar. Boom! Yakali tes bahasa Inggris abal-abal. Gue
terhenyak sebentar mendapati tema-tema teks yang ada. Okay, it's not
going easy boy. Hati gue masih terus berdoa hingga tes bahasa Inggris
selesai. Pengawas berkata; 'pengumumannya ditunggu aja ya'. Okay buk!
Sekali lagi, gue mati rasa sebenarnya. Maunya
sih pede sama hasil tes, tapi gue juga tidak boleh over. Gue sadar
diri bahwa peserta yang lain lebih cerdas dan mumpuni dibanding gue yang senior
(jangan sebut tua, awas).
5 Agustus 2016
Ceritanya, sebagai mahasiswa semester 4 yang
akan menginjak semester 5, diwajibkan untuk mengikuti KKM alias Kuliah Kerja Mahasiswa
berbasi masjid selama 5 minggu di pedalaman kota Malang. Apalagi tempat gue
yang berada di balik bukit nun jauh di sana. Tidak ada sinyal otomatis tidak
ada internet. Bagus. Gue terputus dari dunia luar. Hidup gue cuma sapi, susu,
dan sayur (halah).
Tanggal 5 Agustus adalah sebuah kesempatan di
mana gue bisa balik ke Kota Malang yang full signal. Yep, gue dan
kawan-kawan ijin dari tempat KKM untuk input jadwal semester 5
sekalian konsultasi ke wali dosen. Gue bahagia!
Tapi juga deg-degan parah. Bagaimana tidak,
karena gue tau 3 hari sebelumnya sebenarnya pengumuman hasil seleksi tes tulis
Monbusho sudah keluar.
Malam hari gue sampai di kontrakan. Tangan gue
gemetar menggigil kedingan, jantung gue berdetaknya agak alay (sampai kzl
sendiri). Gue search website Embassy of Japan for Indonesia
dan klik link hasil pengumuman. Ya kno wut I feel eh?
Nomer gue ada. Sengaja tidak di capslock supaya tidak terlihat lebay. Aslinya gue menganga tidak percaya. Gue mengira ini salah satu mukjizat. Gue kira cuma daydream di malam hari. Gue deg-degan parahrahrahrah.
Muncul lagi!
Secara ya, gue itu tidak yakin dengan hasil
tes matematika dan bahasa Inggris yang gue anggap mustahil (aduh ngerti
perasaan gue ga sih? :'). Gue merasa Allah memberi kesempatan ke gue untuk
berjuang lebih lanjut dan menunjukkan bahwa gue sebenarnya juga mumpuni (cuma
kurang diasah aja).
Saking tidak percayanya, gue meminta mba Jule
untuk mencocokkan nomer peserta gue dengan daftar peserta lolos. Yes, memang,
nomer gue ada. Langsung gue telpon abi. Gue minta ijin dan persetujuan untuk
berangkat ke Jakarta mengikuti rangkaian tes selanjutnya, yakni interview tanggal
12. Phew!
Jatah cuti KKM yang asalnya 3 hari harus gue
perpanjang lagi. Gue ijin ke ketua dan teman-teman yang lain. Tapi gue denger
cerita kalau ketua kelompoknya malah salah tangkap dikira gue mau pindah
universitas. Yasuddeh, ceritanya diluruskan nanti.
Setelah ditanya macam-macam dan blabla, gue
beli tiket kereta. Awalnya mau berangkat sama abi, tapi karena mba Jule lebih
paham sama Jakarta (dan gue yakin pasti nganar di sana, kan ga tega sama
orangtua), jadi gue berangkat sama mba Jule. Thanks a lot mba Jule!
Keesokan harinya tanggal 6 sampai 11 Agustus, gue bolak-balik Malang-Sidoarjo setiap hari naik motor kesayangan untuk mengurus berkas ini-itu yang harus tandatangan pak ini bu ini, legalisir sana-sini. Gue juga mempersiapkan berkas-berkas lain seperti foto, surat rekomendasi, surat keterangan ini-itu. Capek? Iya, sangat. Pagi ke Malang sore balik ke Sidoarjo. Exhausted. Tapi gue merasa worth it. Gue sedang memperjuangkan masa depan (ciyeh).
Gue juga harus dapat surat kesehatan dari dokter atau rumah sakit. Namun sebagai pemegang kartu BPJS, gue menggunakan fasilitas klinik, ha ha. Bukan sembarang formulir yang harus diisi. Formulirnya berbahasa Inggris-Jepang sampai dokternya saja bingung. Banyak bener deh yang harus diisi. Mulai dari kolom darah, air seni, dlllll.
Ada satu cerita yang bakal gue ingat terus.
Ketika itu di kampus, gue mengurus transkrip
nilai yang harus ditandatangani wakil dekan III, yang mana beliau bukan dosen
jurusan gue. Dan beliau terkenal sibuk. Hari itu gue benar-benar diuji. Format
transkrip salah sehingga harus cetak ulang, pak wadek tidak ada di tempat,
pulsa gue habis mau beli saldo teman pada habis juga, jam menunjukkan hampir
pukul 4 sore which is jam kantor akan usai. Gue tidak tahu
beliau di mana tepatnya. Masih di kampus atau urusan dinas. Wajahnya saja juga
tidak tahu.
Gue sudah hampir menyerah. Tangan gue keringat
dingin berdiri di tangga perpus memperhatikan sekitar. Besok gue sudah harus
berangkat ke Jakarta, dan kelengkapan berkas cuma tinggal ini doang!
Di ambang batas......gue lihat segerombolan
dosen keluar dari pintu belakang rektorat. Berbekal ingatan samar-samar waktu
ospek jurusan dua tahun yang lalu saat beliau mengisi materi, gue mengenali pak
wadek!!! Gue terburu-buru menghampiri beliau yang juga terlihat terburu-buru.
"Maaf pak, permisi, saya boleh minta tanda tangannya?"
"Oh oke, ini untuk apa ya?"
"Saya ingin mengajukan beasiswa pak."
"Kemana?"
"Ke Jepang hehe."
"Wah, bagus! Semoga sukses ya!"
Transkrip nilai tertandatangani. Gue gemetar melihat tandatangan beliau yang akhirnya tergores di kertas. Lutut gue lemas selemas-lemasnya. Gue sandar di dinding dan tanpa sadar air mata gue luruh! Gue tertawa tapi juga terisak. Untuk sesaat gue cuma bisa diem sambil menahan isakan lega. Tengsin lah masa tough girl mewek B) Allahu rabbi......
Segera gue cepat-cepat berlari ke kantor fakultas untuk fotokopi dan legalisir karena beberapa menit lagi jarum jam menyentuh angka 4.
Berkas siap, gue siap berangkat diiringi doa hasil pamitan sama orangtua. Dari awal gue berniat semua ini untuk dijadikan pengalaman. Hasil akhir itu bonus atas usaha. Apapun yang terjadi nanti, gue harus bisa mengontrol diri. Tidak boleh terlalu senang atau sedih. Karena kalau sudah ekspektasi dan tidak terlaksana, jadinya sakit. Jadi gue harus calm down.
Biasanya kalau nganar ke Jakarta, naik KA Matarmaja jam 5 sore, sehingga sampai di Pasar Senen jam 10 pagi. Lumayan waktu malam untuk istirahat. Nah kali ini, karena kehabisan tiket kereta murmer itu, kami naik yang bukan Matarmaja. Sepanjang perjalanan gue memperhatikan pemandangan di luar jendela, asyik benar. Gue juga nyambi baca cerita di internet mengenai pengalaman mereka-mereka yang ikut Monbusho juga. Sembari mempelajari berkas aplikasi dan esai sebagai bahan jawaban wawancara.
Dari Sidoarjo kereta berangkat jam 12 siang,
sampai di Pasar Senen jam 1 pagi. Great!!! Gue dan mba Jule
sudah terlanjur lelap kemudian harus bangun dan beberes keluar stasiun dengan
wajah yang tidak bagus.
Dengan lelah (pengecualian untuk gue yang
deg-degan), kami berjalan ke luar stasiun untuk mencari mushalla atau masjid.
Sayang di antara kerumunan masyarakat Jakarta yang sudah mulai aktif di gelapnya
pagi, kami tidak menemukan.
Akhirnya kami menggeret langkah menuju sebuah
tempat yang banyak tempat duduk kosongnya di antara lingkaran warung-warung.
Ditemani nyamuk dan bau selokan yang sangat tidak sedap, sambil duduk dan
menumpukan kepala di meja, gue mencoba untuk tidur. Beberapa saat kemudian,
karena tidak nyaman, gue pindah ke sebuah kursi panjang dan tidur di situ.
Iya, memang, kita ngegembel di daerah stasiun.
Sabodo teuing lah ya, dua cewek pake jilbab dan jubah (ga sempat ganti baju)
ngemper di warung. Tidak apa-apa, kami sudah terbiasa ngegembel kalau lagi
jalan-jalan, tidur di dermaga juga pernah :)
Jam 1 ke jam 4 menunggu subuh rasanya lamaaaaaaa sekali. Sedetik terbuai, sedetik terjaga. Bau selokan dan hangatnya udara Jakarta silih berganti menyelimurkan raga.
Hingga kemudian adzan subuh samar-samar
berkumandang. Gue dan mba Jule bergantian membersihkan diri di toilet umum.
Alhamdulillah, toiletnya bersih. Setelahnya kami menyambangi sebuah masjid yang
ternyata tidak terlalu jauh. Mungkin jam 1 tadi masjidnya sembunyi :'
Setelah shalat subuh berjamaah, kami mencari
transportasi menuju Kedutaan Besar Jepang yang berada di Jl. MH. Thamrin no.
24. Karena takut nyasar, kami memilih taksi.
Sampai di depan Kedutaan jam 5 pagi, hwiw!
Karena mungkin kami celingukan tidak jelas,
seorang satpam menghampiri kami dan menanyakan maksud tujuan. Saya jawab saya
adalah peserta tes Monbusho. Kemudian satpam itu menyuruh kami menunggu
setidaknya sampai jam setengah 7. Yaiyalah, umumnya perkantoran kan buka jam 8
pagi. Nah kami sudah nampang jam 5 pagi buta. Antara terlalu semangat dengan
bingung tidak tahu harus kemana beda tipis.
Akhirnya kami berjalan-jalan di sekitaran
daerah MH. Thamrin. Menikmati pagi menyaksikan geliat aktifitas ibukota
Indonesia.

Gue duduk di salah satu kursi pinggir jalan
yang agak jauh dari Kedutaan. Dua tiga motor lewat, kemudian hilang tertelan
mobil. Mulai ramai. Selama ini segala aktifitas, gue ditemani oleh sandal mirip
sepatu badut crocs yang nyaman banget. Khusus untuk hari ini gue memakai sepatu
pantofel hitam hasil meminjam mba Ratih (makasih mba!). Cuaca Jakarta mulai
menghangat, tapi badan gue panas dingin merinding deg-degan. Sekitar jam 7
akhirnya gue beranjak menuju Kedutaan.

Cuma perasaan gue atau emang semua orang
merasakan, gaya arsitektur Kedutaan ini sangat Jepang sekali, heheh.
Dari jam 7 gue nunggu dengan beberapa orang.
Dan sepertinya gue adalah peserta pertama yang nongol. Karena pangantre yang
lain ibu-ibu dan bapak-bapak. Akhirnya terjadilah obrolan. Ada ibu-ibu yang
mengurus visa untuk menjenguk suaminya, ada bapak-bapak yang mengurus visa
untuk melanjutkan studi S3 Kimia (ntah major apa). Wew, keren!
Kemudian berdatanganlah para pelamar visa dan
juga peserta tes (gue kira). Sekitar jam 8.30 kami digiring untuk masuk ke
dalam dengan pangawasan ketat. Pertama kali masuk ke Kedutaan Besar
Jepang. No joke, gue deg-degan seperti biasa. Gue sempat
ngobrol dengan beberapa peserta lain. Ternyata ada yang semester 7! Tapi emang
mba nya jurusan bahasa Jepang. Rencananya kalau bisa tepat waktu lulusnya,
langsung deh ke Jepang, yay! Amin.......
Kami dikumpulkan di sebuah ruangan besar dan
duduk berdasarkan nomer yang sudah ditempel di meja. Ternyata gue satu meja
dengan cewek yang gue lihat cekatan banget ngerjain tes tulis di UNAIR waktu
itu! Dan setelah kenalan, ternyata dia adalah mahasiswa baru jurusan bahasa
Jepang di UB Malang. Wah, pada linier nih jurusannya (nangis bareng teru-teru
bozu).
Instruksi selanjutnya adalah mengumpulkan
berkas yang diperlukan. Katakan mata gue seliwer. Foto yang harusnya 4 malah
gua bawa cuma satu. GOOD! Nah pokoknya bagi siapapun,
ketentuan berkas harus benar-benar diteliti. Baca sampai lima kali, urutkan
yang benar, dan cek lagi dan lagi. Tertulis 4 kopian, ya gue bawa 4 kopi.
Ternyata 5 sama aslinya. Bagus......Zahrah.....alhamdulillahnya diberi
kesempatan seminggu kemudian untuk melengkapi berkas.
Setelah itu kami diharuskan untuk mengikuti
tes tulis bahasa Jepang. Tenang saja bagi yang tidak bisa bahasa Jepang. Tes
ini bukan penentu kok. Tapi tetap saja menentukan (haha). Nanti hasilnya akan
dikomparasi dengan nilai bahasa Inggris, mana yang lebih bagus. Namun
seandainya ada peserta yang hasil kedua tes bahasanya bagus, lebih besar lagi
kesempatannya.
Tes bahasa Jepang dibagi menjadi 5 level
sesuai dengan tingkat kesulitan Noryokushiken atau JLPT (Japan Language
Proficiency Test) alias TOEFL/TOEIC/IELTSnya bahasa Jepang.
Apalah daya gue yang terakhir belajar bahasa
Jepang intensif dua tahun yang lalu (oke, ini bukan alasan untuk berhenti
belajar, cuma ya kan gue harus belajar materi jurusan :3). Gue cuma bisa
mengerjakan level pertama/N5 dan mulai ngos-ngosan di level kedua/N4. Gue
bolak-balik soalnya, sama sekali tidak ada ide. Mau jawab ngawur tapi nanti
ketahuan bege nya -_-. Yasudah, tiga kali ngiterin soal, gua taruh. Selain
taruh soal gue juga taruh kepala. Ruangannya dingin dan sepi, gue jadi terbuai.
Lumayanlah, bayar kekurangan tidur waktu ngemper di stasiun subuh tadi.
Tes bahasa Jepang selesai. Gue awali dengan
bismillah dan mengakhirinya dengan istighfar. Ya Allah maafkan hamba yang
kurang belajar ini.......bantulah hamba......
Dan yang paling bikin deg-degan!!! Waktunya
wawancara. 4 nama dipanggil. Gue kebagian kloter kedua. Kami mengikuti seorang
staff menuju ruangan lain ntah berantah. Belok kanan kiri masuk keluar pintu
tak tahu arah jalan pulang :' serius deh, lika-liku bikin bingung.
Sembari menunggu kloter pertama selesai, gue
menyempatkan untuk shalat dhuha. Lebih dari doa biar sukses, gue shalat dhuha
agar diberi ketenangan hati dan dihilangkan kegugupannya. Amazingly
nervous!
Baru kali itu gue diwawancarai untuk hal yang
serius, biasanya mah sodara iseng nanyain kapan nikah, ehe.
Alhamdulillah, setelah lebih tenang, gue dan 3
orang lain masuk ke sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Di dalamnya sudah
ada dua pewawancara. 1 perempuan yang merupakan orang Indonesia, dan satu lagi
bapak-bapak Nihon-jin (orang Jepang aseli). 4 kursi, dan kami dipisahkan oleh
sebuah meja besar.
Seperti biasa, perkenalan diri. Para
pewawancara ramah sekali sehingga perlahan namun pasti kepedean gue menghangat
dan gue bisa tersenyum tulus :)
Pertanyaan seputar:
1. Perkenalan
2. Alasan memilih beasiswa
3. Mengapa pilih jurusan itu
4. Pendidikan sebelumnya (jadi kan ada maba
yang sudah diterima di PTN, sekiranya jika lolos mana yang akan dipilih beserta
alasannya)
5. Dengan adanya perbedaan budaya antara
Jepang dan Indonesia, apa yang akan dilakukan kalau terkena culture
shock
6. Sekiranya sudah punya gambaran universitas
mana yang akan dituju
7. Kalau stres, apa yang akan dilakukan
Bukan pertanyaan yang menguji intelejensi,
namun kepekaan dan sosial juga kemasyarakatan dan logika (seperti pada umumnya
beasiswa).
Okeh, gue merasa lancar-lancar saja menjawab,
toh juga gue jawab semampu dan sejujur berdasar apa yang ada di aplikasi.
Nah.....gue mau cerita. Silahkan katain gue stupid, ga
mikir......yah....ha...ha...haa.....pengalaman deh.
Jadi waktu ditanya 'apa yang akan kamu lakukan
kalau sedang stres?'. Peserta sebelum gua jawab 'sanposhite, hon o yonde,
blablablabla'.
Nah gue dengan pedenya menjawab, 'I think I'm
not get stressed easily. But I'd like to riding roller coaster, it heals my
pain, stress, and wound.'
NAH. Gue tau itu absurd dan nggak banget. Gue
tau. Gue keceplosan. Gue jawab tanpa mikir panjang. Soalnya nih, sekitar
sebulanan yang lalu, gue ngerasain sendiri gimana beban hidup gue hilang
diterpa angin waktu naik roller coaster di Surabaya Night Carnival (anyway gue
sampai naik roller coaster dua kali!). Rasanya hidup ringan banget. Dan gue
dengan polosnya mengungkapkan itu saat wawancara beasiswa penuh
pemerintahan Jepang. Kasih underline, italic, dan bold. Thanks
God.
Gue polos.
Nah satu lagi ketika ditanyain universitas
mana yang ingin dituju. Benar Monbusho ini sistemnya sana yang menentukan, tapi
setidaknya kita punya gambaran yang jelas ingin belajar jurusan itu di
universitas apa. Begenya gueeeee, gue ga searching apapun.
Jadi gue cuma bisa jawab, 'not in particular....'.
Bagus.
Jadi untuk siapapun, kedepannya, beajarlah
hal-hal ini dari gue. Be smart, wkwk.
Jadi wawancara dilakukan dalam dua bahasa.
Inggris dan Jepang, Kalo lo merasa Nihon-go oke, yasudah, go ahead.
Lebih enak karena bisa berinteraksi dengan kedua pewawancara. Tapi kalau
bisanya bahasa Inggris ya tidak apa-apa. Nihon-jin nya bisa sedikittt dengan
aksen Jepang yang tidak bisa gue tangkap. Anak sebelah gue pakai bahasa Jepang.
Seriusan deh, gue mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi gue pribadi
kesulitan bicaranya. Jadilah gue pakai bahasa Inggris saja.
Wawancara selesai, legaaaaaaaaaaaaaaa rasanya.
Meski terganjal jawaban bodoh gue yang tadi. Ah sudahlah, pengalaman. Bisa
sampai di tahap ini saja rasanya sulit dipercaya. Pengalaman.......(tapi
jawaban nggak pinter sama sekali tadi kebayang terus hingga tulisan ini di
publish dan untuk selamalamalamalalalamanya).
Gue dan yang lain kembali ke ruangan tempat
gue sempat tertidur, ha ha. Di sana kami diharuskan untuk menulis ulang
aplikasi dengan tulisan tangan di lembar yang sudah tersedia. Aigu.
Sebanyak tiga rangkap kami tulis. Eh adzan
dzuhur berkumandang. Break sebentar untuk shalat dzuhur. Hasil
tanya-tanya, gue dan maba yang dari UB tadi akhirnya memutuskan untuk shalat di
mall sebelah Kedutaan (lupa namanya, kasih tahu dong!). Untuk kesekian kali gue
merasa tidak dilahirkan get along well dengan yang namanya
mall. Terlalu bersih dan rapi. Gue lebih suka pantai atau gunung (?).
Perut mulai berdendang tidak tahu malu. Memang
sih belum makan nasi sejak siang kemarin :' terlalu gugup sampai lupa makan.
Mana tidak bawa uang samasekali. Mba Jule hilang ditelan kota metropolitan.
Namun tak apa, anggap saja puasa :)
Kembali ke ruangan yang tadi, gue
menyelesaikan semua urusan berkas. Setelahnya bersama beberapa orang yang juga
sudah selesai, kami keluar sambil ngobrol blabla. Ternyata ada yang sudah
diterima di HI nya UGM, Hukum nya UI, dll. Gue jadi mikir, terus mereka mau
milih yang mana ya? Yasudahlah itu urusan mereka dengan orangtuanya, ha!
Hal yang gue bikin gue senang adalah, gue dikira
maba juga kaya mereka :3 aw! Setelah tau gue semester anu mereka langsung nunduk-nunduk (?) gitu
bicaranya ke gue. Lol.

Ternyata di luar sudah sore. Mba Jule menunggu
dengan seorang temannya yang bernama mba Esi. Kamipun berjalan menuju
halte.....ke rumah mba Esi.
Beberapa minggu kemudian, sebuah e-mail masuk
ke akun yahoo. Dan sebenarnya sudah gue duga, gue dinyatakan BELUM lolos. Okay
:) alhamdulillah 'ala kulli haal. Memang tidak semua hal di
dunia ini bisa kita dapatkan. Yang bisa dilakukan adalah tetap doa dan
berusaha. Kalau dapat, alhamdulillah jangan terlalu senang. Kalau belum ya
istighfar, siapa tahu memang masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Jangan terlalu sedih (bicara sama cermin).
Yha. Ini memang excuse untuk menangkan hati gue yang sebenarnya juga kecewa dan sediiih banget. Tapi mau sampai kapan gue sedih dan kecewa? Nunggu ayam ngalah sama telur? Nggak kan.
Seberapa dalam gue jatuh, seberapa banyak dan tegap gue bangkit
lagi (Zahrah 2k16).
Capslock BELUMnya. Karena suatu saat gue yakin gue
bisa menginjakkan kaki di Jepang. Mungkin belum diberi kesempatan oleh Allah,
nunggu ada mahramnya dulu kaliyaaaa. YHA.

Banyak jalan bikin blog, banyak jalan cari duit, banyak jalan gue bisa ke Jepang! Mungkin suatu saat gue menang kompetisi blog yang berhadiah ke Jepang gitu khaaan, aminin lah :)
Gue bakal terus mencintai Jepang. Dan padahal
gue mulai melirik Greenland gara-gara sering main ke blognya mba Dewi Nielsen
(mata berbinar).
Yasudahlah, itu saja dari gue. Maaf belum bisa
menyajikan kisah sukses yang inspiratif, malah cerita gagal. Tapi plis ambil
hikmahnya ketika gue tidak berputus asa mengejar tanda tangan pak wadek.
Untuk sahabat gue sesama pecinta Jepang,
Mufti. Gue berharap kita berdua bakal punya kesempatan untuk berkunjung ke
negeri Sakura yang kita impikan sejak SMP. Siapapun yang duluan, kudu
bawain ikemen, oke :) tapi gue gamau shota ya.
Wkwkwkw.
Boleh banget kalau komentar disertai
pengalaman mengikuti suatu seleksi beasiswa atau apapun yang berkesan, mari
berbagi inspirasi!
Atas hal ini gue berterimakasih kepada:
1. Allah SWT, atas kesempatan berharga ini.
2. Pak Sulthon dan bu Hikmah atas kasih
sayang and some dosh.
3. Mba Jule, yang sudah nemenin.
4. Mba Ratih, atas sepatunya.
5. Mba Esi, tumpangannya.
Pengalaman yang kusr biasa sekali. Mungkin bukan s1 di jeoang tapi S2nya nanti.
ReplyDeleteSemangatt yahhh
Berburu beasiswa itu emang butuh tekad dan doaa.. semangat masih banyak waktu untuk berburu lagi
Amiin amiiin! Terimakasih kakak :)
Deletemari kita sama-sama membangun tekad dan memperbanyak doa agar mendapat apa yg diinginkan xD
Walopun blm lolos, tapi salut dg perjuangannya nyari beasiswa. Buat pengalaman kan ya biar nanti bisa lolos
ReplyDeleteHehe, iya alhamdulillah pengalaman berharga, biar lebih siap kalau ikutan lagi (semoga!)
DeleteHebattt udh berusaha. Aku juga punya impian ke jepang. Tp ga berani mimpi dpt beasiswa ke sana. Mungkin ntr buat jalan2 aja hehe. Nama mall nya plaza indonesia sepertinya. Krn dulu yg deket bgt sih EX, cm kayaknya udh tutup.
ReplyDeleteSmg impianmu dg mufti segera jd kenyataan. Aamiin
Soalnya kalau beasiswa kan dibayarin (jelas), terus kayak lebih worth it gitu (pendapat pribadi). Tapi mah ga ada salahnya sama sekali kalau pakai biaya sendiri, malah mungkin lebih leluasa xD
DeleteAmiiiin >.< (Mufti! Di doain ka Nia nih ^^)
Wah, salut banget sama perjuangannya kak :'Db
ReplyDeleteBtw beberapa pekan lalu juga ada acara yang hampir serupa tapi akupun ngga bisa hadir :(
FYI jadinya noken udah sampai level berapa kak?
Awal Desember lalu aku ikutan noken loh. Bisa kali yaaa kan kapan saling sharing :'3
Kayaknya lebih tua ka Lucky deh ._.
DeleteYaaaah sayang sekali :/ tapi sekarang aku lagi mode ogah-ogahan ke acara Jejepunan juga, soalnya takut kalap >.<
baru level 5 doang koook. Ehiya? N berapaa? Pasti kece banget nih!
Boleeeh~ mau apa? Line? WA? Instagram? G+? Wkkkwkwkwk
Wah hebat banget kisahnya. Tetap semangat menggapai Jepang
ReplyDeleteTerimakasih banyak ka Rian! Semoga secepatnya xD
DeleteTiada soal meskipun hasil ujian tidak lolos, tapi sekiranya kamu sudah berusaha dengn sungguh2 dan mencoba untuk mendapatkannya, meskipun gagal lolos, anggap saja itu bukan rejekimu kak..
ReplyDeletePositif thinking aja mungkin Tuhan menyiapkan pintu beasiswa lainnya, mungkin bukan ke Jepang, bisa jadi ke Jerman, prancis, atau kanada? :)))
Yap! Kita nggak boleh berlarut-larut dengan ketidaklolosan. Pintu lolos masih banyak heheh. Wah! Ide bagus itu~ sebenernya kalau sekarang bukan lagi terpaku dengan Jepang. Kemanapun asal luar negeri beda kontingen oke saya mah xD
DeleteTerimkasih juga ya kak! ^^
Ya ampun. Usaha yang luar biasa. Keren sekali. Tidak ada usaha yang menghianati hasil. Selamat ya. Sukses selalu!
ReplyDeleteTidak seluar biasa atau sekeren itu juga sih xD banyak yg lebih keren, tapi apa salah menerima compliment itu heheheh. Thanks soo much :) sukses untuk kita semua~
DeletePerjuangan yang luar biasa. Semoga sukses ya, insya Allah keringat akan selalu membuahkan hasil dan membukakan kesempatan yang lain. Tetap semangat ya.
ReplyDeleteTerimakasih pak Adi :) amiin amiiin yaa Rabbal 'alamin :) sukses juga untuk kita semua. Mungkin waktunya belum tepat. InsyaAllah~~
Deleteternyata untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri tidak segampang membalikkan kedua telapak tangan ya mbak..
ReplyDeletesemoga next time mbak bisa lolos ke beasiswanya ya
Pastinya......-deepsigh- hehehehe. Tapi juga bergantung pada Allah sih, kalau memang sudah ditentukan meski terdengar mustahil pasti terjadi juga xD
DeleteAmiiiin ><
Wah, walau blum lolos 100% tapi kamu hebat bro !
ReplyDeleteTetap semangat yaaa para pemburu beasiswa.
Aku juga lg nyari beasiswa lg ni.
Keep moving !
Thanks
Kandida
Iyayah, kurang 20% lagi wkwkkw tapi yasudah, masih buanyak pintu ke luar negeri xD
DeleteYes sir! Scholarship huner in your area at your service xD
Iyakah? Wah bisa nih sharing". Beasiswa apa? Kemana? Fullkah? S1? S2? Fellowship?
You do keep moving :) thanks so much ^^
Tenang saja, karena hasil tidak akan menghianati proses yekan.
ReplyDeleteYes mas Oky, menunggu waktu yang tepat seandainya Tuhan berkenan xD
DeleteThanks!
Baca detail, jadi ngerasa ikut ceritanya. semangat, belum jodohnya saat ini. Lain kali mungkin. Yang ga habis pikir, kenapa memilih jadi obat tetes mata buat masuk koper? Ga ada alternatif pilihan yang lebih keren?
ReplyDeleteEm, saran untuk blognya boleh? :
1. Headernya terlalu besar. Bikin kaget pas buka blog dari PC
2. Untuk tulisan yang sangat panjang seperti ini, ada baiknya jumlah kalimat dalam setiap paragraf lebih diperhatikan, memberikan kenyamanan untk pembaca juga. Ehehe, saya tipe yang suka menulis panjang, dan pernah dikomentarai masalah yang sama juga :-)
Terimakasih banyak mas Andhi! Jodoh tak hanya beasiswa, mungkin saya jodoh sama orangnya wkwkw. InsyaAllah menunggu waktu dan kesempatan yang tepat xD
Deletekarena obat tetes mata mungil dan kecil juga menyegarkan----------/maaf idenya sedang tidak classy -_-/
Boleh!
1. Saya suka gambar besar-besar, puas begitu. Tapi ternyata ada beberapa org yg juga memberi saran heheh. Sangat mengganggu/tidak proporsional yah? Oke, coba saya pertimbangkan+otak-atik
2. Per-paragrafnya terlalu panjang yah? Tapi saya melihat dr laptop perparagraf rata-rata 2-4 baris saja. Mungkin karena layar sy lebar jadi terkesan sedikit, heheh.
Insyaallah nanti s2 nya dapet beasiswa di Jepang. Aamiin
ReplyDeleteAku SMA rajin main ke pusat kebudayaan Jepang, dari SMP udah kursus bahasa Jepang saking cintanya sama manga. Tapi begitu kuliah lupa semua efek jatuh cinta sama ilmu jurnalistik. Sekarang rasanya jadi kangen sama hirgana dan kanji.
AMIIIN teh Dian >.< jadi nanti kalau teh Dian main ke Jepang bisa singgah ke flat ku (?) #imajinasi wkwkkwkw
DeletePusat Kebudayaan Jepang di mana teh? Japan Foundation itu? Kuliahnya jurusan apa? Jom digunakan lagi biar ga lupa, karena bahasa kan praktek dan kebiasaan :)
Semangat ya... Mbak.. Jangan menyerah
ReplyDeleteYes sir! So do you XD
Deleteduuuuh.. aku malah kebayang pengalaman pas ikut ujian seleksi masuk universitas, penuh drama juga soalnya hehhehe..
ReplyDeleteSemangat Zahra, semoga suatu saat bisa ke Jepang ya. Badewe, aku juga sering baca blognya mbak Dewi :)
Waaah mbaa~~~ bisa tuh jadi bahan tulisan. Semangat yang tertuang bisa jadi inspirasi untuk yang lain xD
DeleteMakasih mba Diah~mba Diah juga semangat yaaa :) iyaaaa >.< blognya kak Dewi keren abis ih, jadi sukaa sama Greenland dan Denmark xD
Tetap semangat yaa.. Impian ke Jepang pasti suatu saat akan tercapai. :)
ReplyDeleteYes sir! Smeoga bisa konsisten semangatnya xD Terimakasih buaaanyak doanya kak Noni~ smeoga kak Noni bisa ke Jepang juga xD
DeleteKujuga punya impian yang sama, tapi ke Jerman. Baca usahanya Mbak kayak di atas kok ya aku jadi malu. Aku cuma pengin tapi kurang banyak usaha.
ReplyDeleteKeinginan Mbak pasti terwujud! Pasti. Semangat! Kujuga jadi mau lebih semangat habis baca ini. Makasih, Mbak! :)
Saya juga punya impian ke Jerman dari SMA heheh, cuma gara-gara waktu itu harus ada syarat nyiapin duit sekian ratus juta untuk jaminan, jadi mundur deh heheheh. Jerman mah juga keren banget! Banyak inovasi ilmu berkembang di sana xDsaya juga suka bahasanya xD
DeleteWah~~~~~ kalau gitu ayo belajar bahasa Jerman di Goethe :)
Amiiiiin~~~~ smeoga waktu dan kesempatannya cepat datang >.<
harus dong!
Hebat! Lanjutkan!
ReplyDeleteSukses yaa..
Terimaksih mas Chino xD
DeleteMengikuti kisah perjuangan Mbak, saya salut sekali. Gak ada yang sia-sia. Setiap langkah untuk mencapai cita-cita, pasti ada hikmahnya. Terus semangat mengejar cita-cita ya..
ReplyDeleteIya, saya memang punya prinsip semua itu ada hikmahnya. Bahkan musibah sekalipun. Karena hidup di dunia itu bagaimana cara kita memandang sesuatu :) TERIMAKASIH BANYAAAK xD
DeleteAyooo....jangan putus asa, Zharnd.
ReplyDeleteYakin ada jalan lain.
Ada baiknya selain ikut monbugakusho, ikut tes lain dengan tujuan sekolah yang sama di jepang.
Misal : beasiswa LIPI atau sandwich degree...
Atau cari kampus yang nawarin beasiswa langsung.
Aku pernah dapet kok.
Alhamdulillah....ga boleh sama Ibu.
Heuuheuu...
Tapi seneng uda pernah coba dan lulus.
*sekedar saran.
Les bahasa Jepang dan ikut noryoku shikken sekalian.
Kalau sewaktu-waktu ada pembukaan beasiswa, biar uda punya legalitasnya.
Paling engga kalo mau sekolah di sana, harus level 3.
Ganbatte ne...nii-chan!
NOTED kak! Makasih~~ LIPI atau sandwich degree....okay hmm /mikir/
DeleteWah, bener ka? Beasiswa mana itu? Dapet di univ apa? Keren banget >.< ih kak kalau boleh tau kenapa ga dibolehin ibu? Apa sebelum apply beasiswa ga ijin dulu gitu? Heheh
Nah kak......bukannya males...(iyasih males), tapi skrg tuh kuliahnya aku ga di jalan itu, jadinya konsen banyak terbagi untuk yg jurusan aku sekarang. Meski ga seoptimal itu juga karena aku mudah banget distracted xD
Anata mo ganbatte!! ^_^
whahaha ikut deg deg an baca posting ini dari awal sampe akhir.
ReplyDeleteMulai dari ikut tes pura pura coret coret, sampe dapet ttd pak siapa tadi.. pak wadek?
Terus jalan ke jakarta. Ngemper di stasiun.. Hebaat.
Kalau aku jadi kamu mungkin udah ngeluh ngeluh wkwkw.
Iya mungkin BELUM. Siapa tau tahun berikutnya masih bisa ikut. Eh bakal ada lagi nggak sih ?
Seberapa dalam gue jatuh, seberapa banyak dan tegap gue bangkit lagi. Suka quotesnya zahraa ^^
Asli malang ya?
Sama!
Makasih sudah nemenin aku deg-deg an ya mba xD
DeleteIya mba, asli loh bukan settingan /? #wkwk
Sebenernya ngeluh juga, tapi ditahan-tahan, pegang kuat prinsip say no to ngeluh xD bakal ada tiap tahun mba ^_^ kalau saya kuat iman, tahun ini mau coba lagi hehehehe.
Terimakasih buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak <3 <3 <3
Ngga asli Malang sih, cuma lagi domisili aja xD eeh iyakah? Duh mba, yuk kumpul sm blogger Malang xD
Kereenn udah ampe tahap wawancara, semoga sukses dan bisa S2 di Jepang
ReplyDeleteTerimakasih mba Feby ^_^ amiiiin. Semoga yg dicita-citakan mba Feby bisa kesampaian juga :)
Deleteterimakasih sudah berkunjung XD
jadi inget pengalaman aku dulu berburu beasiswa juga, capeknya bulak-balik ngurusin berkas, deg2an nungguin pengumuman, pengalaman test tulisnya juga mirip karena ngeblank jadinya oret-oretan gak jelas sama nulis ulang soalnya sok-sokan lagi ngitung padahal gak mudeng sama sekali hihi, nanti siap-siap pas ngelamar kerja juga pengalamannya gak jauh beda loh :D
ReplyDeletekalo aku pengen ke Jepang juga tapi maunya cuma travelling aja ah kalo kesana hehe
Waaaah mba Yesi xD kupikir cuma aku aja yg punya lagak macem begitu xD asli sosoan banget yah hehe.
DeleteIyadeh alhamdulillah punya pengalaman begini, utk instropeksi kedepannya ^_^
Saya sih apapun tujuannya (asal halal) mah kemana aja okeee xD
terimakasih baanyak sudah mampir :)))
Subhanalloh pantang menyerah y mb buat meraih mimpi. Aku anakny cengeng, baca cerita ini di busway pas pulng kerja dan harus rempong usap2 pojokan mata.
ReplyDeleteAku juga dlu bercita2 bisa kjepang, tp akhir2 ini terganggu sm korea.. Ahh balik lagi semuany hanyalah mimpi.
Makasih sharing ceritanya mba
/peluk dari jauuuuh/
DeleteWah seneng banget dapet apresiasi air mata dari mba Mudrikah xD
mau ke Korea ngapain mba? Studi atau jalan-jalan?
Eyyy jagan dibatasi sekedar mimpi mba, yuk semangat! :)
Makasih sudah mampir XD
Wiidiiiiihh keren mba. Ya walopun gagal akhirnya, tapi perjuanganmu cukup membanggakan kok. Bisa lolos beberapa tahap sampe ke Jakarta. Ga semua orang yg pengen ke jepang bisa kayak mba. Heheh
ReplyDeleteTerus berjuang aja mba. Yakin usaha sampai :)
Wkwkwkwkwk alhamdulillah ala kulli hal mas. Semua muanya diambil pelajarannya. Kan itu inti hidup #ea wkwk
DeleteTerimakasih! Semoga yg sedang diperjuangkan mas Syafii juga dapet. Terimakasih sudah mampir :)
pengalaman yg luar biasa, jalanin prosesnya walaupun kadang hsilnya blom memuaskan terus berusaha mba dan coba lagi dan lagi. good luck mba smg lulus tes masuk beasiswanya ;)
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir mba Omith :)
DeleteYesss~~~~~ coba lagi di lain waktu dan kesempatan hehe. Semoga apa yg sedang kita perjuangkan lolos, amiiin.
Keren perjuangannya, usahanya, baca cerita ini kayak lagi baca novel atau nonton sebuah film. Berasa banget naik-turun perjuangannya. Terus berusaha mba, Insya Allah bisa ke Jepang suatu hari nanti dan bisa sekaligus lanjut kuliah di Jepang. Usaha gak akan mengkhianati hasil dan gak ada yg gak mungkin selama tekad usaha yg begitu kuat. Good luck mba!
ReplyDeleteTerimakasiiiih banyak sudah mampir sekaligus mendoakan saya. Semoga balik lagi ke mba Nabela, amiiiin :))))
DeleteYa dong~ hidup itu harus naik turun mengkol sana sini biar seru kaya roller coaster. Seninya hidup tuh ga flat aja hehe.
Semoga Allah memberkahi semua usaha kitaaa, amiiin :)))
Nekat juga ya mbak, gak bawa uang ke jakarta :D
ReplyDeleteMengejar mimpi memang menyenangkan, namun tak mudah didapatkan.
Saya juga punya mimpi, suatu saat bisa ke liverpool.
Saya jakup ginting sinusinga :)
DeleteMmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Deletebawa ko mas ._.
Justri dibagian 'tak mudah didapatkan' itulah senangnya mengejar mimpi, tul ga? Wkwkwkwk
Oke, hai mas Jakup Ginting Sinusinga, terimakasih sudah mampir :)
Pengalamannya luar biasa kak. InsyaAllah ada takdir terbaik untuk ke Jepang suatu hari nanti. Semangat ya kak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, semangat juga untuk kita semuaaaa~~~ biar tetap senyum x) amiiin! Terimakasih doa dan semangatnya yaaa :)
DeletePerjuangannya seru meskipun belum berbuah manis ya mbak
ReplyDeleteSemoga suatu saat bisa terwujud impiannya ya mbak :)
Iya nih, gapapa lah, challenging banget. Itu yang bikin berkesan :)
DeleteAmiiin terimakasih doa dan mampirnya ya mba, semoga doa baiknya balik lagi ke mba :)
Yaampun, seru sekali pengalamannya Mbak Nida. Kuingin juga 😍 Semoga beruntung di kesempatan berikutnya. Ngomong2, saya juga suka Jepang tapi bukan karena hiburannya, tapi karena budaya dan alamnya.
ReplyDeletewahh jepang negara yang pingin banget gua kunjungin tuhh.. manteb mbak bisa kesana. jadi iri liatnya untuk tidak ada foto bareng ama idola disana haha
ReplyDeleteSemoga sukses lain waktu mbak :D
ReplyDeleteJangan menyerah! :D
Bbrp tmnku penerima beasisa ini jg jd tau gmn perjalanannya yg gk mudah :)
Hihi kok kepikiran ya Zhard jawaban tentang roaler coaster itu. Tapi menurut saya sih itu jawaban yg paling pas. dan elegan kok. Memang belum jodoh saja untuk sekarang. Mudah2an pada ombak besar berikutnya berjodoh ya.
ReplyDeleteAniwei tulisannya inspiratif dan informatif sekali. Bisa menjadi catatan buat pemburu beasiswa Monbukagakusho, dan tentu saja jadi pengalaman berharga buat Mas Zhard. Biasanya pengalaman temen yang pada lulus beasiswa ke LN, mereka juga melalui tahap gagal dulu seperti ini sehingga pas daftar berikutnya bisa lebih lempeng.
Suka! Suka dengan anak muda seperti kamu! Tetap semangat ya. Mudah2an pada tes berikutnya sudah berani wwcr pakai bahasa Jepang. Cayooo.
Sabar ya.. iya bener kali aja kalau kamu udah ada muhrimnya baru deh tu dapat kesempatan ke Jepangnya.. doa istri itu mustajab...eh hahahaha
ReplyDeleteKeep your fire, kakak Zharnd...!
ReplyDeleteJust like me saving 'my fire' to finish undergraduate degree *cryingOnTheCorner
Udah sampai tes wawancara mah sudah kece dik. .. Saya dulu pas kuliah jg sempat daftar monbuka gakusho xixixxii gagal di tes tertulis. . wakaakkak krg cerdas. . ga papa nanti ikut yg s2 aja dik. . semoga berhasil ya. . ganbate
ReplyDeleteCeritanya panjang hehege..semangat terusnya
ReplyDeletePengalaman seru yang berbuah manis :) asyik-asyik
ReplyDeleteCeritanya seru banget. Tetap semangat ya..!!
ReplyDeleteBeasiswa itu memang jodoh-jodohan. Saranku, sih... selagi muda dan belum menikah (huehehehe) ikut aja terus sampe cape, sampe Allah yang nilai udh sejauh mana kita berusaha. Semangat ya. Btw beasiswa ini srg bgt suamiku omongin, aku baru ngeh sekarang :) beliau sdg berusaha s2 ke jepang, doanya yaa
ReplyDeletejangan patah semangat nida.
ReplyDeletemasih bisa ngejar beasiswa yang lainnya. mungkin nggak jodoh di jepang tapi jodoh di lainnya :)
Waktu SMA aku sering banget kepoin beasiswa ini, tapi belum kesampaian sampai skrg. Jadi kalo ada adk2 yang berhasil ke jepang, rasanya bangga banget
ReplyDeleteKeren bangeeet...bangga :)
ReplyDeletehallo kakk, selamatt yaa udah sampe tahap wawancaraa, keren hehe anyway aku juga daftar dan mau nanya bbrp ttg tes tulisnya, kalau kakak berkenan email ke firschilla@gmail.com yaa kakk, arigatouuu
ReplyDeleteOke, see ya on email wkwkwk.
DeleteKak Zahra tahun di daftar ngga? Aku lolos berkas mba. Bisa minta whatsapp ngga mba?? Hehe makasih.
ReplyDeleteNgga, hehe. Soalnya sudah terbentur dengan kepentingan kuliah yang ngga bisa ditinggal.
DeleteTapi keinginan untuk dapat beasiswa masih ada hehe.
Boleh, 088217807323 :)
Kak Zahraaaa blognya nenangin bangettt. Saya juga tahun lalu ikut seleksi tulis tp ga lolos:") msh weak di mamat. Tp tahun ini Insya Allah nyoba lagi. Untuk kedua kalinya bersua dengan gedung abu-abu kedutaan😂 doain ya kak, hari ini tes tertulis soalnya:") salam kenal😄
ReplyDeleteLinda
Halooooo Lindaaaaa :)))))
DeleteHehehehehe, alhamdulillah terimakasih banyakkkk mwah!
Wah, nggak apa-apa banget~~~~~ at least kan sudah tahu tuh kayak mana bentuk tes tulisnya, jadi tahun ini bisa lebih matang persiapannya ^_^
Kalau kakak tahun ini sudah sibuk dengan kegiatan menuju akhir" menjadi mahasiswa, jadi kesempatan monbu sudah nggak dulu heheh. Mungkin lewat scholarship atau jalan yang lain ^_^
Yesseu!!! Kamu juga doa utk diri sndiri ehehehe.
Waaah, semangat deeeh! Ntar kalo udah"nya share sama kakak sini ^_^
salam kenal juga yah!
Mantap kak perjuangannya, sangat memotivasi, dan btw aku lolos berkas dan udah ujian, tinggal tunggu pengumuman... Berharap hasil yg terbaik.
ReplyDeleteBtw ada contact yg bsa dihubungi?
Ehehe, seneng deh kalau begitu, tulisannya bisa memotivasi dan bermanfaat :)
DeleteWah, omedetou gozaimasu yah!
Banyakin doa sama minta doa ke orang lain juga, semoga lolos kamunya :)
Ada WA, 088217807323, silahkan :)
Kak maaf mau nanya, di surat keterangankan kesehatan kan ditanya color blindness, kira2 kalau color blindness impaired masih ada peluang tidak?
ReplyDeleteKalau menurut aku sih, sesuaikan dengan kolom yang ada. Atau lebih jelasnya langusng ditanyakan ke pihak penyelenggara supaya ga ada miskomunikasi :)
DeleteDan yang begitu kan tergantung sama jurusan apa yang kita ambil. Semoga membantu ya, semangat!! ^_^
pengalaman dari orang bisa membuat semangat juga ternyata hehe
ReplyDeletesama. pingin juga hidup di jepang. entah kuliah/kerja. kalau bukan jepang gapapa asal negara maju hehe
semoga semoga kesempatan berikutnya aamiin
Nah itu menurut gue the secret power of writing anything (terus kemudian di unggah ya). Karena gaktau kapan tulisan itu dibaca, atau bagaimana tulisan itu dapat memengaruhi seseorang.
DeleteYa alhamdulillah deh, ikuta senang sekali kalau ada hal positif yang bisa diambil dari secuil pengalaman ini huehehe.
Amin bang amiiin.....misal dengan beasiswa atau belajar bukan jalannya, semoga Allah kasih jalan yang lebih membahagiakan lagi untuk kita :D
Aku juga mau banget ngelanjutin kuliah di Jepang, pengalamannya berharga bgt. Insya Allah nanti buat yg S2 lolos ya mbak ^^
ReplyDeleteSemoga oleh Allah diberi jalan menuju masa depan yang membahagiakan ya kak ^_^
Deleteamin amiiin :) terimakasih kak Cintananaa <3 <3
Hee? aku ikut agak kecewa sama endingnya :" tapi aku salut 100% salut sama semangat dan perjuangan kakak dr ini-itu, inspiratif bgt^^ ky kata kakak kl pun jatoh pasti ada waktu buat bangkit lagi, semoga next time dikasih jalan sm Allah dan dikabulkan mimpinya wkwk amin
ReplyDeleteHuehehehe. Aku juga kecewa, tapi sudah berlalu. Yang ada sekarang mah lega, setidaknya sudah mencoba sampai penghabisan.
DeleteMakasihhhhh banyaaak atas doanya (beneran di doain kan? Gak cuma typing wkwkw). Anyway pokoknya makasih :)
Gak cuma mimpiku, mimpimu pun, semoga dikabulkan Allah :)
Aku salut banget sama kakak, makasih ya kak udah bagi-bagi kisah inspiratifnya! Btw ak mau nanya nih ... Kalau tes tulisnya itu pake sistem point atau engga?
ReplyDeleteTerimakasih banyak :)
Deletesemoga maskin semangat kejar beasiswa ini (ataupun beasiswa yang lain heheh).
Untuk lebih tepatnya sih aku gak tau, tapi kayaknya engga.
Dulu aku ngerjainnya ga mikir benar salah, pokoknya coba kerjain semua sebisanya :)
Kakk, pas kakak daftar butuh sertifikat jlpt atau TOEFL ga kak? Terimakasih kak...
ReplyDeleteItu cuma buat tambahan syarat aja kok. Jadi nilai plus gitu.
DeleteTapi kalau ga pake gapapa :)
Lagian kan skill English kita juga ada tesnya sendiri dari mereka (bakal ada tes tulis English dan wawancara in English).
Trus untuk bahasa Jepang sama juga, kalau udah maju sampai tahap wawancara bakal ada tes tulis bahasa Jepang.
Sama-sama, ganbatte kudasai ne!
Kak, itu transkip nilai kuliah juga jadi persyaratan beasiswa ya?
ReplyDeleteIya :)
DeleteSebenarnya gini sih, tergantung kamu. Kamu bisa daftar dengan berstatus sebagai mahasiswa atau lulusan SMA. Kalau kamu daftar dengan status sebagai mahasiswa, lampirkan transkrip nilai kuliah. Kalau lulusan SMA, ya berarti lampirkan nilai SMA aja :)
i see. aku msh byk mau nanya'' sih kalau ga ganggu. itu LINE kk masih aktif kah?
DeleteBoleh-boleh aja, silahkan :)
DeleteEh tapi line nya aku uninstall karena storage penuh heheh. Pakai WA aja gapapa, ada di bio ^_^
Terima kasih motivasinya kak:)
ReplyDeleteSama-sama, semoga bermanfaat :D
Delete