Seri "Puasa di Tanah Saudara" bagian 11
| bagian 1 Bukit Malimbu | bagian 2 Pantai Seger | bagian 3 Tanjung Aan dan Bukit Merese| bagian 4 Bukit Nipah | bagian 5 Gili Air 1 | bagian 6 Gili Air 2 | bagian 7 Pulau Kenawa 1 | bagian 8 Pulau Kenawa 2 | bagian 9 Desa Mantar | bagian 10 Pantai Sekotong dan Mekaki | bagian 11 Taman Narmada |
Boom! Matahari terakhir di Lombok akhirnya terbit juga. Rasa sayang dan betah padahal sudah mulai tumbuh tunasnya. Tapi apalah daya, mba Jule harus kembali ke perpustakaan dan saya sudah dikangenin keluarga #heleh. Bangun pagi kami sudah mulai berkemas merapikan semua barang persiapan penerbangan sore jam empat.
Berpikir mengenai destinasi terakhir yang akan kami kunjungi. Maunya ke pantai, tapi tidak mau ambil risiko terlena main malah kelabakan kalau lupa waktu. Apakah kami hunting oleh-oleh saja? Sepertinya ide bagus.......meski bukan tipe kami (alias tidak masuk itenerary alias lagi masalah budget hehehehe).
Merambah internet, kira-kira tempat terdekat apa yang khas Lombok. Muncullah Taman Narmada. Baiklah, kam pergi kesana.
Peta Taman Narmada |
Taman Narmada mulai dibangun oleh Raja Mataram Lombok Karang Asem pada tahun 1727, merupakan replika gunung Rinjani sebagai tempat pemujaan dan peristirahatan Raja pada musim kemarau. Taman Narmada dijadikan sebagai tempat rekreasi terbuka untuk umum sejak berkuasanya Belanda. Taman Narmada telah mengalami beberapa kali pemugaran sejak tahun 1992 dan ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan UU No. 5 tahun 1992.
Bale Loji, merupakan bangunan rumah yang memiliki serambi terbuka, berfungsi sebagai tempat tinggal Raja bersama istrinya.
Merajan Sanggah, merupakan bangunan suci tempat pemujaan Raja kepada para leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai Dewa Wisnu, Brahma, dan Iswara.
Biaya masuk Taman Narmada adalah IDR 6K per orang. Kami disambut dengan kedamaian, keasrian, juga kebersihan, jauh dari hiruk pikuk kendaraan bermotor. Padahal hari Minggu, namun sepertinya kesepian selalu melingkupi perjalanan kami kali ini, hehe. Asyiknya, Taman Narmada ini tertata dengan apik dan sangat terawat, sehingga benar-benar memanjakan kami yang sebenarnya sudah agak oleng.
![]() |
Terdapat beberapa kolam yang berisi Teratai indah, sayangnya belum semua mekar. Di sini kami berjumpa dengan beberapa masyarakat yang sedang memancing. |
Beberapa saat kemudian, kami melihat beberapa mobil berdatangan. Dan ternyata, saat itu adalah jadwal beribadah umat Hindu. Beberapa keluarga Hindu datang dengan memakai baju adat berwarna putih dengan selendang warna-warni untuk wanitanya, dan udeng untuk yang laki-laki.
Melihat proses beribadah umat Hindu dari jauh. Maunye mendekat, tapi sungkan dan tidak etis rasaya. Terasa sekali aura religiusnya. Setiap rombongan bergiliran melakukan ritual. Kami sempat mengobrol dengan salah satu penjaga Taman Narmada. Ternyata Taman Narmada ini terkenal sekali. Umat Hindu yang datang berasal dari berbagai wilayah, bahkan dari Bali dan Jawa.
Setelah agak siangan dan sepi, kami mendekat karena penasaran ritual apa yang dilakukan, dan apa yang berada di dalam bangunan itu. Ternyata, di dalamnya ada mata air awet muda. Biasanya umat Hindu akan membawa beberapa botol atau jirigen air dari mata air di sini untuk dibawa pulang karena dipercaya memiliki banyak khasiat (lihat jirigen-jirigen yang digantung itu!).
Tempat ini dulunya berfungsi sebagai tempat peristirahatan Raja dan istrinya sebagai tempat pemujaan. Dibangun oleh Anak Agung Gde Ngurah Karangasem, dari Kerajaan Karangasem Bali saat ia berada di Lombok.
Taman Narmada dikenal pula dengan nama Istana Musim Kemarau, sebab jika musim kemarau tiba istana Raja yang berada di Cakranegara (Putri Ukir Kawi) ditinggalkan Raja untuk beristirahat di Taman Narmada.
Di Taman Narmada juga tersedia kolam renang untuk umum. Asri dan bersih!
Lihat, sekilas perahunya seperti melayang di udara, hehe.
Tak hanya untuk kebutuhan rohani, Taman Narmada juga menyediakan fasilitas outbound,
Di dalam kompleks Taman Narmada ini terdapat dua kelompok bangunan, yaitu:
- Kelompok bangunan yang bersifat sakral berada di sebelah timurdan merupakan kelompok bangunan ura (Pura Kelasa) dan Kelebutan (tempat mata air awet muda).
- Kelompok bangunan yang bersifat profan (sehari-hari, biasa saja), berada di bagian barat, yaitu Bale Mukedas (Bale Agung), Bale Terang, Bale Loji, dan Bale Tajuk (sudah tidak ada).
Anggap saja ada bidadara turun dari Kahyangan..............#krik |
Tak banyak sebenarnya yang kami lakukan di Taman Narmada. Hanya jalan-jalan kesana kemari menapaki tangga melihat-lihat sambil bersyukur cuaca hari itu yang sejuk dengan awan yang menghalangi sinar matahari ditambah seimilir angin.
Pura Kelasa, adalah salah satu Pura Jagat tertua di Lombok. Pura Kelasa sebagai replika gunung Rinjani yang secara kesatuan dengan Kolam Segara Anak/Ageng, melambangkan Makrokosmos (alam semesta). Pintu masuk ke halaman dalam Pura melalui pintu berbentuk Paduraksa (gapura beratap) di mana satu sisinya menghadap selatan dan yang satunya lagi menghadap ke barat dengan dua arca penjaga pintu (Dwara Pala) yang diapit oleh bangunan kembar bertiang enam yang disebut Bale Gong.
Menuju pintu keluar Taman Narmada, kami disambut dengan jejeran kios-kios souvenir. Yang terkenal adalah hasil produksi mutiaranya, juga kain dan kaos khas Lombok. Dari Taman Narmada, kami kembali ke Wisma Nusantara, menunggu seseorang.
Sebelum benar-benar kembali ke Wisma kami melipir sebentar ke Phoenix Food store di sini kami membeli beberapa manisan rumput laut berbagai rasa dan permen susu khas Sumbawa. Pilihan lain khas Lombok masih banyak kok, harganya juga terjangkau. Klik di sini untuk mendapat arahan dari Google Maps.
Camilan sehat enak bergizi, hanya IDR 15k.
Permen susu asli Sumbawa, terbuat dari bahan-bahan asli, enak!
Dan hari itu pula saya memiliki janji untuk bertemu dengan teman karib umik yang tinggal di Lombok. Sebenarnya sudah janjian sejak kemarin-kemarin, namun karena beliau adalah orang sibuk, ditambah itenerary kami yang kadang rancu, maka baru bisa bertemu di hari terakhir ini. Beliau adalah pak Endang (asli Bandung sebenarnya). Pak Endang berbaik hati mengantarkan kami untuk mencari oleh-oleh pesanan umik yaitu mutiara. Eh ternyata kami dibawa lagi ke Taman Narmada, lebih tepatnya ke bagian souvenir.
Jadi tempat oleh-oleh ini sudah menjadi langganan pak Endang bila ada tamu yang mengunjungi Lombok. Dari mulai pedagang mutiara sampai kaos dan kain kenal dengan pak Endang. Alhamdulillah, kami mendapat harga sahabat. Setelahnya kami diajak ke sebuah daerah untuk berbelanja peci khas Lombok, yang juga pesanan umik.
Inginnya berkunjung ke rumah beliau yang ada di Narmada, namun waktu sungguhlah tak dapat diatur seenak hati sehingga mungkin lain kali kami akan berkunjung pak! Terimakasih banyak atas kebaikan dan jamuan bapak. Melewati secuil bulan puasa di tanah saudara bersama saudara....hehehe.
![]() |
Terimakasih pak Endang, lain kali jika ada kesempatan, bolehlah kita bersua kembali :) |
Jam tiga kami meluncur menuju bandara, menikmati jalannya yang masih bagus mulus dan hitam. Sektor pariwisata yang menjadi andalan benar-benar diperhatikan oleh pemerintah pulau Lombok ini, salah satunya dengan pembenahan fasilitas akses menuju bandara.
Jadwal keberangkatan jam lima sore tertunda hingga hampir jam tujuh malam. Saya sih kecewa tapi senang juga. Jadi ceritanya, kemarin kan sudah naik pesawat pagi-pagi, sekarang inginnya malam-malam. Wah, cantiknya lampu-lampu daratan Lombok. Selama perjalanan, setelah mengudara beberapa saat, saya tidur. Sedang mba Jule komat-kamit karena ketakutan, hehehe.
Sekitar jam sembilan malam kami tiba di bandar udara Juanda Surabaya di Sidoarjo (hayo loh!) dengan selamat, alhamdulillah.
Begitulah akhir perjalanan kami merasai beberapa waktu bulan puasa di tanah saudara, Lombok dan Sumbawa. Bukan hanya rasa senang, namun juga kelelahan dan banyak sekali cerita unik. Jujur saja rasa puas itu belum terobati, malah timbul rasa kangen dan sayang akan daerah Indonesia (hampir) timur tersebut. Lain kali, mari bersua kembali! Masih penasaran dengan dataran tinggi Lombok....see you really soon!