Lombok Barat: Pepantai Sekotong, Mucuk Sampai Pantai Mekaki Bay Resorts

Seri "Puasa di Tanah Saudara" bagian 10

bagian 1 Bukit Malimbu | bagian 2 Pantai Seger bagian 3 Tanjung Aan dan Bukit Meresebagian 4 Bukit Nipah | bagian 5 Gili Air 1 | bagian 6 Gili Air 2 | bagian 7 Pulau Kenawa 1 | bagian 8 Pulau Kenawa 2 | bagian 9 Desa Mantar | bagian 10 Pantai Sekotong dan Mekaki bagian 11 Taman Narmada |



Versi lain dari perjalanan ini bisa di baca di blog mba Jule

Memahami arti 'pulang', kini tak hanya sebatas di mana ada orang tua dan keluarga. Semakin jauh kilometer yang ditempuh, 'pulang' berubah makna menjadi tempat familiar yang nyaman untuk tidur (tapi kalau definisnya seperti ini, dermaga di Pulau Kenawa berarti 'pulang' juga untuk saya, hehe).
Beberapa jam hilang dari peredaran kesadaran manusia alias tidur di Wisma Nusantara tercinta (hehe), kami bangun di dua hari terakhir nganar edisi Lombok-Sumbawa. 

Driver(saya) yang beralih profesi menjadi fotografer(aslinya mba Jule). Alasannya, untuk mengasah kemampuan menyetir mba Jule. Alias, saya ingin bebas moto sana-sini! Selama ini saya yang fokus sama jalanan huhu,
Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan. Setelah sekian minggu sebelumnya menyusun rencana ngegembel ke Lombok, datang juga masa don't know what to do don't know where to go. Aseli sebenarnya badan ini agak remuk, tapi pesona Lombok seolah melambai dari setiap penjuru pesisirnya. Bisikan lembut untuk pergi keluar betapa merdunya di telinga. 

Sekitar pukul delapan kami beranjak menyusuri jalanan Lombok yang lagi-lagi lengang, padahal masih hari Sabtu. Setelah saling melempar argumen sampai pusing sendiri, kami memutuskan untuk main ke daerah Sekotong! Sebenarnya rencana main ke daerah Sembalun, si dataran tinggi. Tapi kami simpan dulu angan itu bersama impian ke Rinjani. Lombok, undang kami lagi ya suatu hari nanti! (emotikon senyum sambil nangis).


Jalanan Sekotong tak selebar daerah Mataram, pun kami sering berpapasan dengan truk-truk besar. Namun semakin ke dalam, volume kendaraan berangsur menurun dan berganti dengan jalanan yang berkelok juga menukik tajam. Di satu titik kami mendapati sebuah mobil yang terperosok, ngeri.

Cuaca pagi yang sangat cerah, langit biru, di Lombok bagian barat, kami disuguhi pemandangan aduhai sepanjang jalan. Tebing di sisi kiri dan pepantai yang tidak putus di sebelah kanan.



Bila terputus pandangan mata akan pantai, akan terganti oleh bukitan dan ladang hijau dengan sapi-kerbau yang berbahagia merumput. Tenang sekali rasanya. Kerbau, mau tidak makan pizza? Enak loh.


Tak lama, kami berhenti di sebuah tempat yang sepertinya adalah dermaga. Tak ada palang nama, hanya ada gardu tanpa penjaga. Tak ada perahu komersial yang bersandar, paling hanya perahu nelayan yang terparkir agak jauh. Saya tidak menemukan tanda-tanda aktifitas kepariwisataan maupun perdagangan. Padahal ikan di sini banyak sekali! Bagai putaran tornado. Mereka berkelompok sesuai dengan ukuran (atau usia ya?), lucu sekali!


Ikan jumah begini gimana mau ngobok-ngoboknya? Pasukannya ratusan xD 


Dan yang membuat saya makin senang adalah, tempat ini sangat bersih! Perairan yang jernih tanpa sampah. Bangunan dan propertinya bebas dari vandalisme, yang semoga akan terus bertahan karena kesadaran penduduk setempat didukung para pengunjung.

Katakan saja sedang melakukan ritual tarian sufi, hehe.

Nun jauh di sana, Gili Kedis, Gili Nangu, dan Gili Sudak melambai ceria. Ayo mampir kesini! Tadi sebelumnya sepanjang jalan ada beberapa titik persewaan kapal untuk menyebrang ke tiga gili itu. Tidak setenar tiga gili di Lombok bagian Utara, namun saya yakin perairan Lombok tidak pernah mengecewakan. Jika kesini, jangan lupa untuk berkunjung!

My life is a beauty~~~~ 


Yang seperti ini terhampar tepat di depan mata sambil santai menarik gas motor, betapa melimpah ruahnya vitamin sea di daerah Sekotong.



Kami tidak menemukan gerbang atau gardu selamat datang yang menunjukkan arah ke pantai, dan justru berhenti di sebuah tempat, lalu melompati pagar pembatas jalan yang berada tinggi hingga bisa melihat garis pantai sepanjang Sekotong. Jangan tanyakan apa nama pantai ini, menemukannya saja insidental.


Karena beberapa alasan, kami mengurungkan niat untuk menyambangi pantai Pink. Tak dinyana, kami bisa pula menemukannya di sini. Pesisir di sini pun pantainya agak pink akibat dari remahan kerang yang berwarna merah sehingga membiaskan warna pinkish.  


Terus merambah. Dari jalan mulus beraspal pindah haluan masuk ke jalan bertanah yang berlumpur bekas hujan kemarin. Mulanya didampingi semak belukar dan pepohonan, akhirnya kami berjumpa dengan pasir pantai plus pantainya! Hehe. Sepi hampir tidak ada orang. Karena yang kami temui adalah beberapa penduduk asli yang sedang ngaso di bale-bale. Semilir angin pantai yang hangat sebenarnya membuat saya sedikit oleng juga.

Kebetulan yang mengagumkan. Batangan kayu ini mirip sekali dengan replika karnivora khas Indonesia, Komodo.

Kalau boleh berandai-andai, tipikal pantai ini sedikit mirip pantai Semeti alias pantai Krypton akibat dari bebatuan yang terlentang dengan indahnya. Dan sekali lagi, bersih! Ada memang beberapa sampah 'manusia', tapi lebih banyak sampah 'alam' yang berubah dedauan dan rumput laut yang terbawa sampai batas pasang pantai.


Kirab yang penuh dengan kebahagiaan.
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan serombongan masyarakat Hindu yang sedang kirab. Saya kurang tahu kirab untuk acara apa, yang jelas menarik ssekali melihatnya. Selama di daerah Mataram kemudian Gili, yang banyak kami temui adalah masjid dan masyarakat muslimnya yang ramah dan taat. Namun di daerah Sekotong yang mana dekat pelabuhan Lembar, berjejer rumah-rumah dengan bangunan peribadatan khas pemeluk agama Hindu.

Pelabuhan Lembar menghubungkan Bali dan Lombok lewat jalur air. Hingga tak heran, banyak orang Bali dan pemeluk agama Hindu di sini.



Memacu sepeda motor terus mengikuti jalanan yang semakin 'mendesa' dan tak mulus karena lubang di sana sini. Eksistensi manusia lain selain kami semakin tak terjangkau radar, agak was-was kemana jalanan Sekotong ini akan membawa saya dan mba Jule. Hingga dari kejauhan nun jauh di sana, saya bisa mengintip hamparan air yang melimpah ruah. Itu pantainya!


Tiba-tiba kami diberhentikan petugas, kami cemas dan saling melirik. Di kiri jalan kami disuruh berhenti dan mengisi data. Sambil juga merogoh-rogoh saku. Tak banyak uang yang kami bawa, mengira-ngira berapa uang sebagai biaya masuk pantai Mekaki.

Ternyata--dan leganya-- kami hanya diminta untuk mengisi data pribadi yaitu nama, asal, tujuan berkunjung. Sempat saya lihat ada nama bule dari Bulgaria. Coba nanti saya cari, ehe.

Melanjutkan perjalanan, WAH!!

Kami disambut oleh garis pantai Mekaki yang berbentuk setengah lingkaran, juga panjang dan luas. Dibanding sepanjang perjalanan kami menyusuri pesisir Lombok dan Sumbawa, pantai Mekaki memiliki karakter yang berbeda.

Bukan pantai 'sopan' yang kami temui. Pantai Mekaki berombak besar dan bikin keki, jujur saja. Pantainya bersih, airnya jernih, dengan latar belakang perbukitan yang asri. 

Suara deburan ombaknya sampai di relung paru-paru. Saya bisa melihat dasar pantai dengan ikannya yang berenang kesana-kemari, namun kemudian disusul dengan ombak besar yang berdebum menghambur di pepasiran. Terbiasa dengan 'pantai berombak sopan', saya jadi agak keki untuk main air di Pantai Mekaki.

Dan tak ada pengunjung lain selain kami, yahuuud! Memeriksa kalau-kalau bertemu bule dari Bulgaria, nyatanya tak ada tanda-tanda kehidupan. Meski tadi saya menemukan palang yang menandakan bahwa kami berada di Mekaki Bay Resorts. Saya tidak menemukan adanya aktifitas pariwisata di sini. 



Semakin siang, semakin matahari naik menuju titik puncaknya, semakin surut pula ombak menjauhi titik tertinggi garis pantai. Pantai Mekaki menjadi 'sedikit kalem'. Tak ada alunan lain selain hempasan air laut .

Laut biru, pancingan panjang, dan topi oranye menyala, sadis!

Hingga kami bertemu dengan bapak-bapak pemancing. Tanpa alas kaki, topi caping, dan sebilah pancing panjang tradisional, dengan sabar bapak-bapak itu menyusuri sepanjang tepian Pantai Mekaki. Tak jenuhnya melempar dan menarik kail, berharap ikan-ikan di bawah gulungan ombak sana tertarik dengan sang umpan. 

Dibalik penciptaan kertas berisi tulisan penyemangat
Jujur saja saya takut berada dekat dengan garis air pantai Mekaki, gulungan ombaknya besar dan dalam. Jadi kagum dengan bapak-bapak itu, semoga dapat ikan yang banyak! Amin~


Tengah hari kami kembali ke Mataram, sesampainya tak sampai sore. Merasa pantas mendapat award karena perjalanan berhari-hari kemarin yang menyenangkan tapi juga berat, kami memutuskan untuk memanjakan diri di Rumah Makan Kania. Ayam Taliwang! 

Ini nih yang membuat bingung. Taliwang adalah nama daerah di Sumbawa, di Lombok tidak ada, tapi menjadi nama makanan khas Lombok. Baiklah, sebut saja keindahan keragaman Indonesia (he he).



12 comments:

  1. Wah, saya suka sama teknik pengambilan gambarnya. Bagus, ga monoton, enak dilihat. Tapi foto terakhirnya di sensor ya :-)

    Mbak, ini template baru ya? Masih ada beberapa yang belum selesai. Ehm, terutama pada bagian author box.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terimakasih banyak mas Andhi. Semoga kedepannya ragam teknik fotografi bisa lebih saya asah lagi sehingga menjadi lebih baik. Iya, hehe ^^v

      Tepat sekali mas, saya masih tanya sana-sini dan belajar juga untuk mengelola template baru sehingga enak dilihat.

      Delete
  2. Replies
    1. Mba kalau mau pose bisa kapan-kapan fotonya masuk tim editor blog ku (?) untuk ditindak lanjuti, terimakasih #nyengir

      Mba, kok foto saya ada banyak? /nunjuk blog nya mba/

      Delete
  3. Bagus! Keep writting yaaaa. Fotonya juga bagus, posenya bagus. Bagus daah

    ReplyDelete
  4. foto-fotonya bagus..... Pantainya bikin ngiler. Ah belum sampai ke Lombok aku. Semoga suatu saat nanti. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Teh, Lomboknya ga kemana-mana kok, tenang aja hehe. Amiiin~~~

      Delete
  5. Ehhh aku stalking stalking akhirnya nemu kamu kalo foto pake kamera apaaa ahahahaha

    Eh fotonya bagus baguss.. kenapa di sensooor aku jadi penasaran sama kamu ih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwwk akhirnya ketemu juga ya kak xD selamat (?)

      Makasih banyaaaak >.< biasa aja sih xD
      makanya kalo main ke Malang kasih tau~ hasil jepretan kakak juga bagus ih ._.

      Delete
  6. Hasil foto bukunya mana kak @.@ penasaran hasilnya. heheh, buku yang di pantai itu lo

    ReplyDelete

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya.

Bila berkenan sila meninggalkan komentar, supaya; 1) saya bisa tahu kamu, kita berkenalan, saya mampir ke blog kamu, kita menjadi teman! 2) beritahu saya apabila ada kritik dan saran.

Sekali lagi, terimakasih banyak :)

Instagram