
Libur panjang dimanfaatkan banyak orang untuk melakukan aktifitas favorit masing-masing ataupun berlibur bersama keluarga. Sebenarnya, pribadi, tidak terlalu suka bepergian pada hari libur, dimana semua orang juga libur. Tempat wisata potensi ramai. Ugh.
Namun bagaimana lagi, kesempatan untuk berlibur bersama keluarga harus bersamaan dengan keluarga lain yang sama-sama sedang dapat kesempatan libur dari kantor atau tempat kerja. Sebagai domisilier Malang, saya punya kewajiban untuk menentukan tempat yang akan dikunjungi. Referensi tempat sih banyak, cuma untuk jalan menujunya yang errrr.
Tanggal 5 Mei malam kami sekeluarga menginap di rumah singgah yang berada tepat di sebelah Ar-Rahmah putra Islamic Boarding School. Bentuknya seperti rumah dengan beberapa kamar. Satu kamar IDR 150K.
Keesokan harinya, sekitar jam 6.30 kami bertolak menuju Malang bagian selatan. Yeap, tujuan kami adalah pantai. Tepatnya Goa Cina. Dua tahun yang lalu sebelum masuk kuliah saya dan keluarga tante pernah berkemah di Goa Cina. Menurut saya Goa Cina lumayan untuk wisata keluarga, apalagi dengan bagi yang membawa anak kecil.
Jalan lintas selatan Malang sudah selesai diperbaiki, mempermudah mobilitas dan diharapkan mampu menarik wisatawan lebih banyak untuk mengunjungi pantai-pantai di Malang. Sepanjang jalan ini akan ditemui banyak pintu masuk menuju pantai selatan yang menantang.
Berfoto di depan gapura masuk pantai Goa China |
Dua tahun yang lalu, akses menuju Goa Cina hanya batu-batu yang disusun menjadi jalan, kini sudah beraspal. Tiket masuk IDR 4K dan perkir IDR 7K, namun karena ada 'tambahan' dari penjaga parkir berupa air mineral, kami harus membayar IDR 11K.
Pada hari itu, karena hari libur, sudah tidak diragukan lagi, banyak sekali orang. Pantai Goa Cina memang indah dengan ombak yang relatif besar kala itu, pantai selatan memang ganas! Woo~ Siang memang waktunya pasang, dan panas.
Setelah memarkir mobil, kemudian kami menggelar tikar dan menata makanan yang telah disiapkan dari rumah. Di bawah rindangnya pepohonan dengan suara latar deburan ombak. Harus mengawasi para anak kecil selain karena memang tingkah mereka yang [errr siapa dulu kakaknya].
Goa Cina cocok menjadi pilihan wisata pantai bagi keluarga karena garis pantainya yang cukup panjang dan lahan yang luas untuk parkir, juga terdapat area istirahat dengan kanopi alam yang tersedia sepanjang parkiran sehingga banyak rombongan yang menggelar tikar tanpa takut bermandikan peluh.
Sesi makan selesai, lelembut bernama Faza, Hanif, dan Haidar langsung berhamburan menuju bibir pantai dan bermain pasir ditemani abi. Sedangkan umik bertahan di bawah lindungan pohon. Matahari dan panas menghalangi beliau untuk menikmati pantai yang indah....kasihan....
"Zah, ayo foto."
"Panas gitu mik, mau?"
"Yaudah nanti aja."
"Umik di sini kan? Aku sama Zahira mau eksplor ya."
"Aku sendirian?"
"Yaiya. Umik kan umik, ya jagain makanan."
"Awas lho ya, pokonya nanti fotoin umik."
Akhirnya saya dan Zahira memulai petualangan.......
\Menyusuri pantai sebelah kiri yang relatif sepi. Selain karena memang matahari sedang berada di puncak kepala, hingga panasnya sangat menyengat.
Dan beginilah kami harus memulai eksplorasi. Saya pribadi sih, berdasar pengalaman yang lalu, pemandangan pantai paling indah bila dilihat dari atas. Berhubung tidak punya drone, akhirnya menjadikan diri sendiri sebagai drone.
Ketika suatu saat saya pergi ke pantai Batu Bengkung (baca di sini : Pantai Batu Bengkung Malang, Berani Panjat Tebing?), untuk mencapai titik tinggi, ada jalan setapak yang sepertinya memang cukup populer bagi eksplorer. Nah ketika ke Goa Cina, saya tidak menemukan bekas jalan setapak yang biasa dilewati orang, jadi saya dan Zahira mengira-ngira jalan yang kiranya menuntun kami pada suatu tempat rahasia.
Istilah kasarnya, kami mbrasak-mbrasak gak karuan. Namun kemudian saya dan Zahira mendapat suguhan pemandangan seperti ini.
Serius deh, bagaikan tebang alas. Tidak ada bekas jejak kaki sebagai petunjuk jalan, yang ada dalam pikiran saya ketika itu adalah 'pokonya harus mencapai tempat tertinggi!' Takut? Ya takut, karena kita tidak tahu ada hal-hal yang menunggu kami di dalam semak belukar itu. Saya dan Zahira kemudian naik terus menuju batu di atas dan memanjat terus, menerobos rerumputan tinggi sambil tak lupa terus berdzikir. Nekat iya. tapi tetap berdoa kepada Allah. Ditambah tidak ada orang selain kami berdua, hanya kami yang mbrasak-mbrasak gak karuan.
Sayangnya, ketika sudah sampai di atas, rerumputan tetap menghalangi dan tidak ada ruang terbuka, hanya rimbunan rumput.
Kemudian saya dan Zahira putar arah, mencari kemungkinan di mana jalan rahasia itu berada. Sempat beristirahat sebentar, saya mendapat pemandangan seperti ini:
Dan, terimakasih untuk instagram.com/exploremalang
Juga untuk komentar-komentar yang menghibur. Memang pemandangan seperti ini baru bisa didapat ketika anda eksplorasi, and find your own spot!
Keep going step your feet~~
Voila! Dan rasanya sangat lega. Awalnya sempat ragu dan berpikir untuk kembali saja. Namun....dengan tekad yang kuat, akhirnya saya menemukan titik ini! Sisi lain dari pantai Goa Cina.
Bermain-main lagi dengan fokus.
Perhatikan lingkaran oranye, nah di sanalah kami duduk-duduk melepas lelah setelah berekspektasi mengenai jalan rahasia.
Maunya seperti acara petualangan di TV, makan bulu babi, tapi belum ada ilmunya. Dan ternyata beberapa area di tangan Faza terkena racun bulu babi sehingga terlihat memerah seperti memar setelah bermain dengan para bulu babi itu, namun alhamdulillah bukan luka yang serius.
Hari beranjak sore, ombak yang ganas melembut dan air surut. Namun tetap saja ombak masih beriak cukup keras. Dalam gambar beberapa pemuda yang sedang memancing.
Usia bukan halangan untuk tetap berbuat 'muda', bukan alasan untuk berhenti mengenal.
Nyonya besar.
"Ayo fotoin sekali aja."
Cekrek!
"Udah mik, kan katanya sekali."
"Emoh, ayo lagi."
-_-
Sisi sebelah kanan pantai Goa Cina. Ombak cenderung tenang karena sore hari, dan tidak ada batu karang sehingga lebih banyak pengunjung yang menyukai sisi ini.
#CATATANMELOMPAT :
Perhatikan jam ketinggian titik evaporasi agar langit terlihat biru.
#THANKSTO :
Mba Jule, kameranya!
Malang, [16.05.06]